Covid-19 dan infeksi dengue merupakan penyakit yang endemik di Indonesia saat
ini. Sementara, potensi infeksi Zika menjadi endemik di Indonesia juga perlu diwaspadai,
karena vektor dan proses penyebaran yang sama dengan infeksi dengue.
Covid-19 merupakan penyakit infeksi langsung antar manusia yang menyebabkan
angka kematian tinggi selama pandemi dua tahun terakhir. Di sisi lain, infeksi
dengue termasuk dalam daftar sepuluh penyakit yang menyebabkan kematian
tertinggi di dunia. Infeksi Zika dan infeksi dengue mempunyai banyak kesamaan,
kedua penyakit ini disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh nyamuk genus Aedes
dari manusia ke manusia. Sejauh ini, infeksi Zika bukanlah penyakit dengan angka
kematian yang tinggi, namun infeksi Zika dapat memicu Guillain-BarrĀ“e Syndrome,
yaitu kelainan pada otak pada orang dewasa, dan menyebabkan ibu hamil yang
terinfeksi Zika beresiko melahirkan bayi dengan cacat mikrosefalus.
Pada disertasi ini, dikaji model penyebaran Covid-19, infeksi dengue, dan infeksi
Zika dengan dua pendekatan, yaitu deterministik dan stokastik. Model pertama
mengkaji penyebaran infeksi Covid-19 dengan mengembangkan model klasik
SIR menjadi SVEIQR. Pada model ini dilibatkan faktor pencegahan penyebaran
penyakit, yaitu program karantina dan program vaksin. Selain itu, diperhatikan
pula efikasi vaksin, periode imun akibat vaksin, dan periode imun alami dari
infeksi Covid-19 yang bersifat sementara. Penyebaran Covid-19 dikaji dengan dua
model, yaitu model deterministik dan model stokastik. Secara analitik, diperoleh
dua ambang batas dari kedua model ini. Rasio reproduksi dasar sebagai ambang
batas model deterministik dihitung dengan menggunakan metode next generation
matrix. Sementara, peluang kepunahan penyakit sebagai ambang batas model
stokastik CTMC dihitung dengan pendekatan branching process. Simulasi numerik
menunjukkan terjadinya endemi dalam jangka panjang dengan peluang kepunahan
penyakit mendekati nol, untuk kondisi R0 > 1. Kajian model ini menujukkan
bahwa program vaksinasi dan program karantina dapat menekan jumlah kasus
infeksi baru. Selain itu, upaya meningkatkan efikasi vaksin merupakan hal penting
yang perlu diperhatikan untuk menghadapi endemi yang akan terjadi dalam jangka
panjang.
Model kedua mengkaji model epidemi SEIR-SEI yang sesuai dengan penyebaran
infeksi dengue dan infeksi Zika. Pada model ini diperhatikan upaya pencegahan
penularan penyakit, yaitu dengan penggunaan larutan anti nyamuk dan program
fumigasi. Model ini dikembangkan dengan dua pendekatan, yaitu deterministik dan
stokastik, yang masing-masing ambang batasnya adalah rasio reproduksi dasar dan
peluang kepunahan penyakit. Rasio reproduksi dasar diperoleh secara analitik dari
sprektral radius next generation matrix, sementara peluang kepunahan diperoleh
secara analitik dari titik tetap dari fungsi-fungsi pembangkit peluang branching
process. Hasil kajian model memperlihatkan hubungan antara peluang kepunahan
penyakit dengan rasio reproduksi dasar. Kajian model ini menunjukkan bahwa
fumigasi lebih efektif dibandingkan penggunaan larutan anti nyamuk dalam hal
menurunkan rasio reproduksi dasar dan meningkatkan peluang kepunahan penyakit.
Model ketiga mengkaji koinfeksi penularan infeksi dengue dan infeksi Zika pada
satu populasi. Pada model ini diasumsikan terdapat dua jenis infeksi pada satu
populasi secara bersamaan, yaitu infeksi dengue dan infeksi Zika. Model ini dikembangkan
dari model epidemi SIR-SI dengan pendekatan deterministik. Pada model
ini terdapat empat titik kritis, dimana titik bebas penyakit, titik batas endemik
dengue, dan titik batas endemik Zika dapat dihitung secara eksplisit, sementara titik
koinfeksi tidak dapat dihitung secara eksplisit. Rasio reproduksi dasar diperoleh
secara analitik dengan menggunakan metode next geration matrix. Pada kajian ini,
R0 sangat berperan penting dalam menentukan daerah eksistensi dan kestabilan
dari keempat titik kritis. Kompleksitas dari model menyebabkan keterbatasan dari
analisis model, sehingga eksplorasi dari kestabilan titik koinfeksi dilakukan secara
numerik dengan pembatasan kasus-kasus. Hasil kajian menunjukkan bahwa pada
kasus non-simetri, terjadi bifurkasi hopf pada titik koinfeksi dan adanya limit cycle.