digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Daerah Irigasi Candilimo memiliki luas 1911 ha, namun saat ini telah mengalami perubahan luas menjadi 1888 ha. Permasalahan yang terjadi pada daerah irigasi ini yaitu tidak terlayaninya seluruh lahan pertanian, padahal daerah irigasi tersebut memiliki potensi luas lahan yang besar. Debit air yang fluktuatif pada tiap musim mengakibatkan tidak dapat terlayaninya seluruh lahan pertanian terutama pada saat musim kemarau. Tujuan dari studi ini adalah mendapatkan distribusi air irigasi yang paling efisien dan optimal pada setiap musim tanam sehingga didapatkan keuntungan finansial yang maksimal dalam satu tahun periode tanam. Metode optimasi merupakan salah satu cara untuk mengoptimalkan distribusi air yang ada. Model optimasi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan irigasi pada studi ini adalah program dinamik dengan pendekatan probabilistik. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka disusun beberapa skenario pola tanam dan alternatif jadwal tanam. Skenario 1 dengan pola tanam sesuai RTTG 2017, Skenario 2 dengan pola tanam sesuai realisasi tanam 2017 dan Skenario 3 dengan pola tanam tidak ada bero dan luas tanam padi pada MT II sebesar 400ha. Dalam studi ini dilakukan perhitungan debit andalan dengan tiga kondisi debit yaitu debit air rendah (Q75,3%), debit air normal (Q50,7%) dan debit air cukup (Q26,0%). Perhitungan kebutuhan air dengan metode LPR FPR untuk setiap alternatif pada setiap skenario. Pemilihan alternatif pada studi ini berdasarkan indeks pertanaman padi yang paling besar dari tiga alternatif dari masing-masing skenario. Kemudian dilakukan perhitungan probabilitas dari selisih antara debit debit tersedia dan debit kebutuhan pada alternatif terpilih untuk setiap skenario. Dari sebaran probabilitas tersebut dapat dihitung nilai expected value yang nantinya digunakan dalam optimasi dengan program dinamik. Tahap dalam program dinamik pada studi ini merupakan saluran, yaitu Saluran Primer Candilimo, Sekunder Pengilon, Sekunder Candi Tikus, Sekunder Beloh dan Sekunder Semanding. Perhitungan program dinamik dilakukan setiap musim tanam dengan cara bergerak maju menuju akhir tahap (forward recursive). Sedangkan keuntungan finansial maksimum merupakan jumlah keuntungan setiap musim tanam dalam satu tahun periode tanam. ii Hasil analisa neraca air untuk pemilihan alternatif berdasarkan nilai indeks pertanaman padi yang paling besar berada pada Alternatif ketiga untuk setiap skenario. Untuk Skenario 3 dengan kondisi debit air cukup (Q 26%) pada MT III tidak dilakukan perhitungan optimasi, karena prosentase tercukupi sudah 100%. Setelah dilakukan optimasi dengan program dinamik, luas tanam yang diairi pada satu tahun periode tanam untuk seluruh skenario bertambah dengan rerata pertambahan luas tanam sebesar 24,45 ha, dengan pertambahan tertinggi sebesar 72,01 ha yang terjadi pada Skenario 1 MT II dengan kondisi debit air cukup (Q 26,0%). Namun ada beberapa musim tanam yang mengalami penurunan luas. Selisih luas sebelum dan sesudah dilakukan optimasi rata-rata 15,70 ha, sedangkan selisih terkecil sebesar 0,12 ha. Meskupun beberapa musim tanam pengalami pengurangan luas, namun apabila dilihat dalam satu tahun periode tanam maka secara keseluruhan luas tanamnya meningkat dan keuntungan finansial juga turut meningkat. Pertambahan keuntungan finansial terbesar untuk kondisi debit air rendah (Q 75,3%) berada pada Skenario 1 dengan jumlah keuntungan dalam satu tahun periode tanam sebesar Rp Rp 42.016.501.766,46 atau meningkat sebesar Rp 1.754.149.248,86, sedangkan untuk kondisi debit air normal (Q 50,7%) dan debit air cukup (Q 26,0%) terjadi pada Skenario 3 dengan masing-masing jumlah keuntungan dalam satu tahun periode tanam sebesar Rp 51.603.697.273,00 dan Rp 67.333.133.339,70.