Prediksi aliran merupakan aspek penting dalam pengambilan keputusan pengelolaan sumber daya air. Kemampuan memprediksi aliran secara akurat digunakan untuk pengelolaan sumber daya air seperti pengendalian banjir, optimasi sumber daya air dan operasi waduk. Untuk mempelajari proses fisik yang terjadi pada sebuah DAS, dapat digunakan model hidrologi. Hal ini dikarenakan model hidrologi dapat menyederhanakan sebuah sistem hidrologi secara aktual yang bergantung pada data input seperti data iklim, tata guna lahan, infiltrasi dan evaporasi. Berbagai model hidrologi telah dikembangkan untuk mensimulasikan aliran dan memperkirakan banjir. Tentunya hal ini dapat mendukung pembuat kebijakan dalam membuat keputusan yang lebih baik dalam pengelolaan sumber daya air terutama dengan adanya keterbatasan data debit observasi di lapangan.
Berbagai fenomena perubahan tata guna lahan telah terjadi dari waktu ke waktu. Perubahan tata guna lahan secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi hidrologi suatu daerah aliran sungai. Tutupan lahan merupakan variabel fundamental yang menginterpreasikan kondisi fisik dalam pemodelan hidrologi, sehingga ketepatan dalam penentuan parameter yang dipengaruhi oleh variasi tutupan lahan sangat erat kaitannya dengan akurasi prediksi aliran dalam pemodelan hidrologi. Ketepatan dalam penentuan nilai parameter model hidrologi sangat mempengaruhi besarnya debit simulasi. Namun dalam penerapannya, nilai optimum parameter model hidrologi konseptual masih ditentukan dengan menggunakan metode trial error hingga hasil kalibrasi mendekati observasi. Penentuan nilai parameter dengan cara ini memungkinkan adanya perbedaan interpretasi dari kondisi fisik di lapangan.
Dengan adanya tantangan peningkatan keakuratan model hidrologi dengan pengembangan parameter model menggunakan lebih banyak lagi DAS pada 10 tahun terakhir, penelitian khusus mengenai pengaruh variabel jenis tutupan lahan terhadap nilai optimum parameter model hidrologi berbasis konseptual menjadi hal yang menarik untuk dilakukan. Sayangnya, tidak semua jenis model konseptual dapat menerjemahkan variabel tutupan lahan dalam parameter model. Penelitian ini dilakukan untuk untuk mengetahui pengaruh salah satu variasi variabel fisik
yaitu tutupan lahan terhadap parameter lumped conceptual HBV-96 Model di beberapa DAS di Indonesia.
Kinerja Model HBV-96 dalam simulasi rainfall-runoff dinilai memiliki performa yang cukup baik bagi beberapa DAS. Dari enam DAS yang dimodelkan, tiga DAS diantaranya menghasilkan performa yang baik. DAS tersebut merupakan DAS Cidano, Ciujung dan Citarum Hulu. Performa dan keandalan model dievaluasi menggunakan fungsi objektif NSE dan r. Didapatkan NSE pada ketiga DAS secara berurutan selama periode kalibrasi dan (validasi) adalah 0,610 (0,645); 0,341 (0,496); dan 0,571 (0,606) yang menunjukkan kinerja yang cukup baik pada DAS di Indonesia. Sedangkan pada tiga DAS lainnya, performa Model HBV-96 tidak begitu baik dikarenakan adanya indikasi kesalahan dalam pencatatan debit ataupun hujan harian.
Kemudian Ketiga DAS yaitu DAS Cidano – Banten, DAS Ciujung – Banten dan DAS Citarum Hulu – Jawa Barat dipilih untuk mewakili kondisi fisik DAS dengan dominasi tutupan lahan yang berbeda untuk mengetahui pengaruh variasi tutupan lahan terhadap paratemer Model HBV-96. DAS Cidano didominasi tutupan lahan Tipe I (Forest), DAS Ciujung didominasi tutupan lahan Tipe II (Agriculture) dan DAS Citarum Hulu didominasi tutuppan lahan Tipe III (Developed Area). Didapatkan hasil bahwa parameter yang paling dipengaruhi oleh variasi tutupan lahan adalah BETA (shape coefficient). Nilai optimum parameter BETA untuk ketiga DAS adalah 0,563; 0,412; dan 0,346 secara berurutan. Semakin baik kondisi DAS maka nilai BETA semakin besar, yang mana untuk penentuan nilai optimumnya dapat didefinisikan berbanding terbalik dengan nilai CN (curve number). Hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh pengelola sumber daya air dalam pengambilan keputusan pengelolaan sumber daya air yang tepat.