Daerah Irigasi Candilimo memiliki luas 1911 ha, namun saat ini telah mengalami
perubahan luas menjadi 1888 ha. Permasalahan yang terjadi pada daerah irigasi ini
yaitu tidak terlayaninya seluruh lahan pertanian, padahal daerah irigasi tersebut
memiliki potensi luas lahan yang besar. Debit air yang fluktuatif pada tiap musim
mengakibatkan tidak dapat terlayaninya seluruh lahan pertanian terutama pada saat
musim kemarau. Tujuan dari studi ini adalah mendapatkan distribusi air irigasi yang
paling efisien dan optimal pada setiap musim tanam sehingga didapatkan
keuntungan finansial yang maksimal dalam satu tahun periode tanam. Metode
optimasi merupakan salah satu cara untuk mengoptimalkan distribusi air yang ada.
Model optimasi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan irigasi pada
studi ini adalah program dinamik dengan pendekatan probabilistik.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka disusun beberapa skenario pola tanam
dan alternatif jadwal tanam. Skenario 1 dengan pola tanam sesuai RTTG 2017,
Skenario 2 dengan pola tanam sesuai realisasi tanam 2017 dan Skenario 3 dengan
pola tanam tidak ada bero dan luas tanam padi pada MT II sebesar 400ha.
Dalam studi ini dilakukan perhitungan debit andalan dengan tiga kondisi debit yaitu
debit air rendah (Q75,3%), debit air normal (Q50,7%) dan debit air cukup
(Q26,0%). Perhitungan kebutuhan air dengan metode LPR FPR untuk setiap
alternatif pada setiap skenario. Pemilihan alternatif pada studi ini berdasarkan
indeks pertanaman padi yang paling besar dari tiga alternatif dari masing-masing
skenario. Kemudian dilakukan perhitungan probabilitas dari selisih antara debit
debit tersedia dan debit kebutuhan pada alternatif terpilih untuk setiap skenario.
Dari sebaran probabilitas tersebut dapat dihitung nilai expected value yang nantinya
digunakan dalam optimasi dengan program dinamik. Tahap dalam program
dinamik pada studi ini merupakan saluran, yaitu Saluran Primer Candilimo,
Sekunder Pengilon, Sekunder Candi Tikus, Sekunder Beloh dan Sekunder
Semanding. Perhitungan program dinamik dilakukan setiap musim tanam dengan
cara bergerak maju menuju akhir tahap (forward recursive). Sedangkan keuntungan
finansial maksimum merupakan jumlah keuntungan setiap musim tanam dalam satu
tahun periode tanam.
ii
Hasil analisa neraca air untuk pemilihan alternatif berdasarkan nilai indeks
pertanaman padi yang paling besar berada pada Alternatif ketiga untuk setiap
skenario. Untuk Skenario 3 dengan kondisi debit air cukup (Q 26%) pada MT III
tidak dilakukan perhitungan optimasi, karena prosentase tercukupi sudah 100%.
Setelah dilakukan optimasi dengan program dinamik, luas tanam yang diairi pada
satu tahun periode tanam untuk seluruh skenario bertambah dengan rerata
pertambahan luas tanam sebesar 24,45 ha, dengan pertambahan tertinggi sebesar
72,01 ha yang terjadi pada Skenario 1 MT II dengan kondisi debit air cukup (Q
26,0%). Namun ada beberapa musim tanam yang mengalami penurunan luas.
Selisih luas sebelum dan sesudah dilakukan optimasi rata-rata 15,70 ha, sedangkan
selisih terkecil sebesar 0,12 ha. Meskupun beberapa musim tanam pengalami
pengurangan luas, namun apabila dilihat dalam satu tahun periode tanam maka
secara keseluruhan luas tanamnya meningkat dan keuntungan finansial juga turut
meningkat. Pertambahan keuntungan finansial terbesar untuk kondisi debit air
rendah (Q 75,3%) berada pada Skenario 1 dengan jumlah keuntungan dalam satu
tahun periode tanam sebesar Rp Rp 42.016.501.766,46 atau meningkat sebesar Rp
1.754.149.248,86, sedangkan untuk kondisi debit air normal (Q 50,7%) dan debit
air cukup (Q 26,0%) terjadi pada Skenario 3 dengan masing-masing jumlah
keuntungan dalam satu tahun periode tanam sebesar Rp 51.603.697.273,00 dan Rp
67.333.133.339,70.