Material termoelektrik dikembangkan dengan tujuan untuk memanfaatkan energi
kalor buangan untuk dikonversi menjadi energi listrik. Usaha pengembangan
tersebut di antaranya fokus pada pencarian komposisi material yang tepat untuk
memperoleh properti termal dan elektrik optimal dalam mencapai performa
termoelektrik terbaik. Performa material termoelektrik yang menjadi acuan adalah
Figure of Merit dan Power Factor. Tin Telluride (SnTe) merupakan material yang
mirip dengan Lead Telluride (PbTe) dengan kelebihan utama ramah lingkungan dan
tidak beracun. Sifat intrinsik SnTe berupa jumlah pembawa muatan yang besar serta
celah pita energi yang kecil menyebabkan performa termoelektriknya rendah.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan performa termoelektrik
SnTe, di antaranya dengan cara doping. Logam-logam transisi seperti Vanadium,
Seng, dan Mangan telah menunjukkan potensinya sebagai doping SnTe untuk
meningkatkan performa termoelektrik.
Sintesis material SnTe yang di doping dengan elemen logam transisi Titanium dan
Zirkonium, menunjukkan semua sampel memiliki fase tunggal dengan struktur
kristal kubik fcc. Karakterisasi termal menunjukkan bahwa doping menyebabkan
penurunan konduktivitas termal. Karakterisasi elektrik menunjukkan bahwa doping
menyebabkan penurunan konduktivitas elektrik dan kenaikan koefisien Seebeck.
Pada Penelitian ini diperoleh dua komposisi material dengan performa terbaik yaitu
Sn0.98Zr0.02Te dengan zT 0,58 dan Sn0.97Ti0.03Te dengan zT 0,52. Selanjutnya, dua
komposisi codoping Sn0.88Ti0.03Mn0.09Te, dan Sn0.89Zr0.02Mn0.09Te telah disintesis.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai faktor daya mengalami kenaikan pada
rentang suhu rendah namun stagnan pada rentang suhu tinggi. Meski demikian,
proses codoping meningkatkan performa termoelektrik dengan kenaikan zTmax
menjadi 0,72 untuk doping Ti-Mn dan menjadi 0,70 pada doping Zr-Mn
Pengembangan shape stabilized phase change material (SSPCM) untuk aplikasi
kenyamanan termal pada bangunan dihadapkan pada tantangan rendahnya
konduktivitas termal PCM, penggunaan bahan ramah lingkungan, anti-rembes,
serta kelayakan secara ekonomi. Penggunaan karbon aktif sebagai struktur penyangga telah terbukti pada berbagai penelitian dapat meningkatkan
konduktivitas termal PCM. Penggunaan bahan-bahan terbarukan yang tersedia
melimpah, serta metode sintesis yang sederhana dapat menjawab beberapa
permasalahan tersebut.
Untuk pertama kalinya dilaporkan penggunaan minyak kelapa dan karbon aktif
batok kelapa sebagai prekursor untuk sintesis bio shape stabilized phase change
materials (bioSSPCM). Meski kapasitas penyerapan dan entalpi pelelehan relatif
rendah, namun metode sintesis pencampuran fisis sederhana terbukti andal dalam
menghasilkan SSPCM yang stabil secara termal, anti-rembes, dan secara ekonomi
relatif murah. Dalam penelitian ini juga telah dikonfirmasi bahwa untuk aplikasi
SSPCM, tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan minyak kelapa
untuk konsumsi maupun minyak kelapa untuk analisis laboratorium. Untuk
memperdalam analisis, PCM octadecane dan karbon aktif dari arang juga
digunakan sebagai prekursor SSPCM. Pencampuran octadecane dengan karbon
aktif dengan metode pencampuran fisis sederhana menghasilkan SSPCM dengan
potensi rembesan yang diduga disebabkan oleh rendahnya tegangan permukaan
octadecane. Di samping itu keberadaan nanoporos ukuran submakro dan makro
pada karbon aktif juga berpotensi menyebabkan rembesan akibat rendahnya gaya
kapiler.
Simulasi integrasi SSPCM pada selubung bangunan dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak EnergyPlus 9.6. Dari hasil simulasi secara umum
teramati bahwa penambahan SSPCM berpotensi menurunkan suhu ruang dan
konsumsi listrik apabila ruang menggunakan AC. Perbandingan dengan
penggunaan insulator menunjukkan bahwa pada cuaca Jakarta insulator
menunjukkan hasil yang terbaik, namun, dalam hal penambahan ketebalan lapisan,
bahan SSPCM menunjukkan efek yang paling signifikan. Pada cuaca Bandung,
penggunaan PCM dan SSPCM menunjukkan efek yang lebih signifikan jika
dibandingkan dengan cuaca Jakarta. Variasi posisi peletakan SSPCM menunjukkan
peletakan pada dinding bagian luar memberikan hail penurunan suhu ruang dan
konsumsi energi yang paling signifikan dibandingkan dua posisi lainnya (plafon
dan massa internal). Penambahan ventilasi natural juga menunjukkan penurunan
suhu ruang yang 2-3 oC. Pengujian penggeseran suhu lebur SSPCM, sejauh ini
belum menunjukkan hasil yang positif terkait penurunan suhu maupun konsumsi
energi.