Industri 4.0 atau revolusi industri keempat pertama kali diperkenalkan di Jerman
selama Hannover Messe (Pameran Dagang) pada tahun 2011, hal itu dinyatakan
sebagai inisiatif strategis untuk mengubah industri manufaktur. Tiga faktor teknologi
utama yang mendorong revolusi ini: konektivitas, kecerdasan, dan otomatisasi. Salah
satu penerapan teknologi untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan
mengaplikasikan konsep Cyber Physical System (CPS) yang merupakan bagian
terpenting dari industri 4.0. Kendala yang dihadapi oleh perusahaan manufaktur kereta
api di Indonesia saat ini adalah menciptakan produk dengan kualitas yang sangat baik.
Kualitas produk yang dihasilkan sangat tergantung dari proses pengujian yang
merupakan kegiatan penting dalam lini produksi. Saat ini, proses pemantauan
pengujian produk akhir masih dilakukan secara manual terutama pemantauan terhadap
aktivitas inspektur penguji sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk memastikan
produk yang diproduksi sudah sesuai dengan standar keberterimaan.
Keterlambatan proses pengujian produk akhir merupakan salah satu masalah yang
perlu diatasi. Penyebab utama keterlambatan proses pengujian yaitu tidak adanya
sistem pemantuan aktivitas pengujian, pencatatan proses masih manual dan
pendistribusian pekerjaan yang tidak merata yang dapat mengakibatkan keterlambatan
proses pengujian. Untuk mengatasi masalah tersebut, dalam penelitian ini akan
dikembangkan suatu sistem informasi pemantauan aktivitas inspektur pengujian yang
terdiri dari informasi kualifikasi dan jumlah inspektur yang dibutuhkan untuk tiap
proses pengujian, target waktu penyelesaian pengujian, lokasi pengujian dan kebutuhan
alat uji yang digunakan dalam proses pengujian. Hasil yang diperoleh dari penelitian
yang telah dilakukan adalah kerangka kerja sistem informasi pemantauan aktivitas
inspektur penguji sudah dikembangkan. Penerapan sistem ini dapat digunakan untuk
mitigasi awal dalam proses pengujian agar sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat.