digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Hendra Mulyana
PUBLIC Irwan Sofiyan

Lereng timbunan tinggi pada jalan di Provinsi Riau dirancang mencapai ketinggian 25 meter. Ketinggian ini diperlukan untuk mencapai elevasi desain jalan akibat kontur tanah berupa lembah dan bukit. Timbunan direncanakan dengan membentuk kelandaian lereng menjadi 1:2 dengan beberapa trap, masing – masing tinggi trap 5 meter dan lebar bench diantara trap adalah 2 meter. Setelah diaplikasikan pada ruas jalan tersebut, dimana tinggi total timbunan adalah 20 hingga 25 meter, timbunan tersebut mengalami kelongsoran pada tanggal September 2021. Beberapa hari sebelum kejadian kelongsoran terjadi hujan deras di lokasi kejadian dengan durasi yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa mekanisme kelongsoran timnbunan tinggi tersebut. Dalam menganalisis mekanisme kelongsoran, dipertimbangkan kondisi material tanah dasar, kondisi material tanah timbunan dan pengaruh intensitas hujan. Kondisi tanah dasar dan kondisi tanah timbunan didapat dari hasil penyelidikan tanah. Intensitas hujan dianalisis menggunakan data pengukuran hujan di lokasi dan mempertimbangkan data pengukuran di stasiun klimatologi terdekat. Dari data-data tersebut, dilakukan analisis stabilitas lereng yang mengalami hujan. Analisis dilakukan menggunakan prinsip-prinsip mekanika tanah untuk tanah tak jenuh. Analisis kestabilan lereng dilakukan secara numerik menggunakan piranti lunak berbasis metode elemen hingga. Perhitungan dilakukan dengan dua metode: (i) Metode kohesi total dan (ii) Metode kuat geser diperluas. Pada metode kohesi total, kontribusi isapan matric terhadap kuat geser dihitung sebagai persentase terhadap tekanan air pori pada kondisi kesetimbangan hidrostatik. Pada metode kuat geser diperluas, dilakukan prediksi kurva karakteristik tanah-air (soil-water characteristic curve / SWCC), fungsi permeabilitas dan parameter kuat geser tak jenuh, ?b. Parameter-parameter ini menjadi masukan material tanah dalam model numerik. Intensitas hujan dimodelkan sebagai kondisi batas aliran (flux boundary condition). Analisis tekanan air pori, uw dan faktor keamanan, FS dilakukan dari penimbunan selesai sampai dengan saat terjadi kelongsoran lereng. Dari hasil analisis menggunakan metode kohesi total didapatkan bahwa kelongsoran terjadi pada kondisi profil isapan matric nol ditambah sedikit kenaikan muka air tanah di dasar timbunan. Hasil analisis menggunakan metode kuat geser diperluas mengkonfimasi hasil dari analisis menggunakan metode kohesi total. Dari analisis menggunakan metode kuat geser diperluas, juga didapat variasi tekanan air pori, uw dan faktor keamanan, FS sejak penimbunan selesai sampai dengan saat terjadi kelongsoran lereng setelah terjadinya hujan. Dari penelitian ini, mekanisme kelongsoran lereng akibat hujan pada lokasi yang ditinjau dapat diketahui. Hasil-hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan pada kasus-kasus serupa dalam pembangunan timbunan jalan.