Lereng timbunan tinggi pada jalan di Provinsi Riau dirancang mencapai ketinggian 25
meter. Ketinggian ini diperlukan untuk mencapai elevasi desain jalan akibat kontur
tanah berupa lembah dan bukit. Timbunan direncanakan dengan membentuk
kelandaian lereng menjadi 1:2 dengan beberapa trap, masing – masing tinggi trap 5
meter dan lebar bench diantara trap adalah 2 meter. Setelah diaplikasikan pada ruas
jalan tersebut, dimana tinggi total timbunan adalah 20 hingga 25 meter, timbunan
tersebut mengalami kelongsoran pada tanggal September 2021. Beberapa hari sebelum
kejadian kelongsoran terjadi hujan deras di lokasi kejadian dengan durasi yang lama.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa mekanisme kelongsoran timnbunan tinggi
tersebut. Dalam menganalisis mekanisme kelongsoran, dipertimbangkan kondisi
material tanah dasar, kondisi material tanah timbunan dan pengaruh intensitas hujan.
Kondisi tanah dasar dan kondisi tanah timbunan didapat dari hasil penyelidikan tanah.
Intensitas hujan dianalisis menggunakan data pengukuran hujan di lokasi dan
mempertimbangkan data pengukuran di stasiun klimatologi terdekat. Dari data-data
tersebut, dilakukan analisis stabilitas lereng yang mengalami hujan. Analisis dilakukan
menggunakan prinsip-prinsip mekanika tanah untuk tanah tak jenuh.
Analisis kestabilan lereng dilakukan secara numerik menggunakan piranti lunak
berbasis metode elemen hingga. Perhitungan dilakukan dengan dua metode: (i) Metode
kohesi total dan (ii) Metode kuat geser diperluas. Pada metode kohesi total, kontribusi
isapan matric terhadap kuat geser dihitung sebagai persentase terhadap tekanan air pori
pada kondisi kesetimbangan hidrostatik. Pada metode kuat geser diperluas, dilakukan
prediksi kurva karakteristik tanah-air (soil-water characteristic curve / SWCC), fungsi
permeabilitas dan parameter kuat geser tak jenuh, ?b. Parameter-parameter ini menjadi
masukan material tanah dalam model numerik. Intensitas hujan dimodelkan sebagai
kondisi batas aliran (flux boundary condition). Analisis tekanan air pori, uw dan faktor
keamanan, FS dilakukan dari penimbunan selesai sampai dengan saat terjadi
kelongsoran lereng.
Dari hasil analisis menggunakan metode kohesi total didapatkan bahwa kelongsoran
terjadi pada kondisi profil isapan matric nol ditambah sedikit kenaikan muka air tanah
di dasar timbunan. Hasil analisis menggunakan metode kuat geser diperluas
mengkonfimasi hasil dari analisis menggunakan metode kohesi total. Dari analisis
menggunakan metode kuat geser diperluas, juga didapat variasi tekanan air pori, uw
dan faktor keamanan, FS sejak penimbunan selesai sampai dengan saat terjadi
kelongsoran lereng setelah terjadinya hujan. Dari penelitian ini, mekanisme
kelongsoran lereng akibat hujan pada lokasi yang ditinjau dapat diketahui. Hasil-hasil
dari penelitian ini dapat dimanfaatkan pada kasus-kasus serupa dalam pembangunan
timbunan jalan.