Pada bulan Maret tahun 1986, Bandung Selatan yang berada di daerah tangkapan
air (DTA) Citarum Hulu mengalami banjir yang sangat besar dan tercatat menjadi
banjir berdurasi paling lama sepanjang data. Namun, karakteristik hujan terutama
pola spasio-temporal masih belum diketahui. Pemahaman ini penting untuk
pengendalian banjir, pembuatan peta bahaya banjir, serta untuk mitigasi banjir
kedepannya. Untuk itu, perlu dilakukan analisis spasio-temporal curah hujan
dengan menggunakan dataset satelit. Ketidakpastian dan kesalahan pada estimasi
satelit diakomodir untuk mendapatkan pola spasio-temporal curah hujan yang
mungkin terjadi dengan cara mensimulasikan erornya.
Curah hujan pada bulan Maret tahun 1986 bervariasi secara spasial dan temporal.
Curah hujan lebih tinggi di wilayah selatan dibandingkan wilayah utara DTA
Citarum Hulu. Curah hujan menunjukkan pola 2 puncak pada wilayah Selatan,
sedangkan pola 1 puncak di wilayah utara. Simulasi hidrologi dan banjir
menggunakan model rainfall-runoff-inundation (RRI) membuktikan bahwa pola
spasio-temporal ini menghasilkan debit yang lebih besar bila dibandingkan pola
spasio-temporal umum yang terjadi pada saat kejadian banjir. Simulasi dengan
memperhitungkan eror curah hujan juga menunjukkan probabilitas hujan ekstrim
yang tinggi di wilayah selatan. Selain itu, probabilitas juga menunjukkan pola 2
puncak pada wilayah selatan.