Danau Maninjau terletak di Provinsi Sumatera Barat dan merupakan salah satu
danau multifungsi di Indonesia dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan dengan
budidaya keramba jaring apung. Budidaya keramba jaring apung telah menjadi
permasalahan di Danau Maninjau karena meningkatkan kandungan nutrisi,
terutama fosfor. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 60
tahun 2021 tentang penyelamatan danau prioritas nasional, Danau Maninjau
merupakan salah satu dari 15 danau prioritas nasional. Upaya untuk memulihkan
kualitas air telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, salah satunya
dengan metode bioremediasi. Dalam metode bioremediasi dapat digunakan bakteri
yang dapat menurunkan tingkat kontaminan yang diisolasi dari lingkungan (bakteri
indigenos).
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah membandingkan karakteristik faktor fisika
kimia perairan di sekitar lokasi keramba jaring apung (selanjutnya disebut lokasi
KJA) dan lokasi tanpa keramba jaring apung (Non-KJA); membandingkan
kelimpahan bakteri di KJA dan Non-KJA; mengisolasi bakteri yang dapat
menurunkan kandungan fosfat; dan menguji aktivitas isolat bakteri pengakumulasi
fosfat untuk menurunkan konsentrasi fosfat di Danau Maninjau, Kabupaten Agam,
Sumatera Barat. Pengukuran faktor fisika kimia yang dilakukan antara lain, total
fosfat, total nitrogen, kecerahan, suhu, kelarutan oksigen, dan tingkat keasaman
(pH). Analisis total bakteri di sekitar KJA dan Non-KJA di perairan Danau
Maninjau dilakukan menggunakan metode Total Plate Count (TPC) di media
Nutrient Agar. Bakteri pengakumulasi fosfat diisolasi menggunakan media ekstrak
daging sapi, media ekstrak ragi glukosa (YG) dan medium Luria–Bertani (LB).
Analisis total bakteri pengakumulasi fosfat dilakukan dengan metode Total Plate
Count (TPC) di media YG. Analisis yang dilakukan meliputi analisis kelimpahan
bakteri, analisis kelimpahan bakteri pengakumulasi fosfat, analisis skor status
trofik, analisis indeks dominansi bakteri pengakumulasi fosfat, dan analisis
aktivitas isolat bakteri pengakumulasi fosfat. Penurunan konsentrasi fosfat
ditentukan dengan menghitung rasio konsentrasi fosfat awal dan konsentrasi fosfat
akhir. Identifikasi dilakukan pada bakteri dominan di media YG yang berpotensi
untuk menurunkan konsentrasi fosfat.
Analisis skor status trofik dengan parameter total fosfat mengindikasikan bahwa
kawasan KJA dan Non-KJA berada dalam kondisi hipereutrofik, dan berdasarkan
parameter total nitrogen mengindikasikan kawasan KJA dan Non-KJA berada
dalam kondisi oligo trofik hingga eutrofik. Analisis kelimpahan bakteri
menunjukkan bahwa jumlah bakteri di lokasi KJA (1,30x106 CFU/mL, 1,45x106
CFU/mL, 1,60x106 CFU/mL) lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah bakteri di
lokasi Non-KJA kawasan Non-KJA (1,85x106 CFU/mL, 1,97x106 CFU/mL,
2,42x106 CFU/mL) dengan nilai signifikansi 0,015. Perhitungan indeks dominansi
pada bakteri hasil isolasi menghasilkan nilai 0,54 yang menunjukkan bahwa
terdapat jenis yang mendominasi dari sampel yang telah diisolasi. Hasil identifikasi
spesies dominan bakteri pengakumulasi fosfat menunjukkan kemiripan morfologis
dan fisiologis dengan bakteri Citrobacter sp. berpotensi untuk menurunkan
konsentrasi fosfat dalam media. Pengujian terhadap aktivitas bakteri Citrobacter
sp. memperlihatkan bahwa bakteri ini efektif untuk menurunkan konsentrasi fosfat
dalam media diperkaya fosfat sebanyak 72,5 % hingga 97,5%. Kondisi optimum
bakteri Citrobacter sp. untuk bekerja adalah dengan penambahan inokulum 3%, pH
7,2-8, dan konsentrasi awal fosfat sebanyak 8,90 mg/L.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Danau Maninjau mengalami
kelabihan unsur fosfat yang berasal dari kegiatan KJA. Data hasil penelitian
menunjukkan bahwa bakteri yang diisolasi dari perairan Danau Maninjau
berpotensi untuk menurunkan konsentrasi fosfat.