digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Danau Maninjau terletak di Provinsi Sumatera Barat dan merupakan salah satu danau multifungsi di Indonesia dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan dengan budidaya keramba jaring apung. Budidaya keramba jaring apung telah menjadi permasalahan di Danau Maninjau karena meningkatkan kandungan nutrisi, terutama fosfor. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 60 tahun 2021 tentang penyelamatan danau prioritas nasional, Danau Maninjau merupakan salah satu dari 15 danau prioritas nasional. Upaya untuk memulihkan kualitas air telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, salah satunya dengan metode bioremediasi. Dalam metode bioremediasi dapat digunakan bakteri yang dapat menurunkan tingkat kontaminan yang diisolasi dari lingkungan (bakteri indigenos). Tujuan penelitian yang dilakukan adalah membandingkan karakteristik faktor fisika kimia perairan di sekitar lokasi keramba jaring apung (selanjutnya disebut lokasi KJA) dan lokasi tanpa keramba jaring apung (Non-KJA); membandingkan kelimpahan bakteri di KJA dan Non-KJA; mengisolasi bakteri yang dapat menurunkan kandungan fosfat; dan menguji aktivitas isolat bakteri pengakumulasi fosfat untuk menurunkan konsentrasi fosfat di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Pengukuran faktor fisika kimia yang dilakukan antara lain, total fosfat, total nitrogen, kecerahan, suhu, kelarutan oksigen, dan tingkat keasaman (pH). Analisis total bakteri di sekitar KJA dan Non-KJA di perairan Danau Maninjau dilakukan menggunakan metode Total Plate Count (TPC) di media Nutrient Agar. Bakteri pengakumulasi fosfat diisolasi menggunakan media ekstrak daging sapi, media ekstrak ragi glukosa (YG) dan medium Luria–Bertani (LB). Analisis total bakteri pengakumulasi fosfat dilakukan dengan metode Total Plate Count (TPC) di media YG. Analisis yang dilakukan meliputi analisis kelimpahan bakteri, analisis kelimpahan bakteri pengakumulasi fosfat, analisis skor status trofik, analisis indeks dominansi bakteri pengakumulasi fosfat, dan analisis aktivitas isolat bakteri pengakumulasi fosfat. Penurunan konsentrasi fosfat ditentukan dengan menghitung rasio konsentrasi fosfat awal dan konsentrasi fosfat akhir. Identifikasi dilakukan pada bakteri dominan di media YG yang berpotensi untuk menurunkan konsentrasi fosfat. Analisis skor status trofik dengan parameter total fosfat mengindikasikan bahwa kawasan KJA dan Non-KJA berada dalam kondisi hipereutrofik, dan berdasarkan parameter total nitrogen mengindikasikan kawasan KJA dan Non-KJA berada dalam kondisi oligo trofik hingga eutrofik. Analisis kelimpahan bakteri menunjukkan bahwa jumlah bakteri di lokasi KJA (1,30x106 CFU/mL, 1,45x106 CFU/mL, 1,60x106 CFU/mL) lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah bakteri di lokasi Non-KJA kawasan Non-KJA (1,85x106 CFU/mL, 1,97x106 CFU/mL, 2,42x106 CFU/mL) dengan nilai signifikansi 0,015. Perhitungan indeks dominansi pada bakteri hasil isolasi menghasilkan nilai 0,54 yang menunjukkan bahwa terdapat jenis yang mendominasi dari sampel yang telah diisolasi. Hasil identifikasi spesies dominan bakteri pengakumulasi fosfat menunjukkan kemiripan morfologis dan fisiologis dengan bakteri Citrobacter sp. berpotensi untuk menurunkan konsentrasi fosfat dalam media. Pengujian terhadap aktivitas bakteri Citrobacter sp. memperlihatkan bahwa bakteri ini efektif untuk menurunkan konsentrasi fosfat dalam media diperkaya fosfat sebanyak 72,5 % hingga 97,5%. Kondisi optimum bakteri Citrobacter sp. untuk bekerja adalah dengan penambahan inokulum 3%, pH 7,2-8, dan konsentrasi awal fosfat sebanyak 8,90 mg/L. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Danau Maninjau mengalami kelabihan unsur fosfat yang berasal dari kegiatan KJA. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri yang diisolasi dari perairan Danau Maninjau berpotensi untuk menurunkan konsentrasi fosfat.