Semenjak pandemi, isu terkait kesehatan mental terus meningkat secara global. Dampaknya muncul pada seluruh generasi, khusunya usia muda dan anak-anak. Fenomena ini muncul sebagian karena beralihnya hampir setiap aktivitas manusia dari luring menjadi daring. Pelbagai kegiatan yang dilakukan di depan layar digital dalam durasi panjang membiasakan masyarakat untuk hidup sedenter, yang mana menghambat anak dalam masa pertumbuhan, terutama yang berkebutuhan khusus. Kesempatan mereka mendapatkan stimulasi terapeutik dari lingkungan terbuka untuk tumbuh kembang indrawi telah terhalang oleh sejumlah lockdown silam. Pada akhirnya, kebutuhan akan taman terapeutik sepatutnya meningkat secara bertahap. Dalam praktik, taman sensori dapat menjadi medium latihan bagi anak-anak berkebutuhan khusus agar dapat hidup mandiri kelak.
Penelitian ini meninjau anak-anak berusia 2–8 tahun dengan kondisi autisme, ADHD, Down's syndrome, dsb. Mengetahui efektivitas perawatan sangat bergantung pada usia awal, intervensi dini tentu akan meningkatkan kehidupan mereka secara keseluruhan dalam jangka panjang. Tujuan perancangan ini adalah untuk memahami aneka kategori terkait taman terapeutik bagi anak berkebutuhan khusus serta mendesain suatu ruang terbuka hijau atau lanskap sebagai sarana penanganan mereka. Desain didasari oleh indikasi, temuan, dan kategorisasi studi lanskap taman terapeutik yang telah disesuaikan dalam konteks pembelajaran di Yayasan Surya Kanti, Bandung.