Pembangunan bagian utara Jawa Barat dilakukan melalui pengembangan Kawasan
Metropolitan REBANA, sehingga perlu ada pula peningkatan pelayanan kebutuhan dasar
masyarakat, salah satunya akses air minum aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) yang harus selaras dengan pembangunan rendah karbon. Oleh karena itu, dilakukan
penelitian untuk menghitung tapak karbon SPAM dan menganalisis faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tapak karbon SPAM di Kawasan Metropolitan REBANA. Prediksi tapak
karbon SPAM dilakukan dengan pendekatan sistem dinamik. Beberapa aktivitas yang
berkontribusi terhadap tapak karbon SPAM yiatu proses penyediaan air minum oleh PDAM,
dan sumur; distribusi AMDK; penyediaan air minum isi ulang; serta merebus air minum.
Model disimulasikan dengan data Kabupaten Indaramayu, dan dinyatakan valid dengan nilai
RMSPE untuk variabel jumlah penduduk sebesar 0,03%, dan terhadap kapasitas produksi IPA
sebesar 4,89%. Berdasarkan hasil uji sensitivitas, variabel konsumsi energi listrik dari
penyediaan air minum sektor industri melalui sumur, merupakan variabel yang paling sensitif.
Hasil simulasi model dengan data KPI Patrol dan KPI Losarang menunjukkan tapak karbon
SPAM pada kondisi BAU pada tahun 2040 mencapai 334.197 tCO2e. Skenario I, II, dan III
menguji kebijakan dengan tingkat daur ulang air, secara berurutan sebesar 10%, 20%, dan 30%
pada tahun 2030. Tapak karbon SPAM pada tahun 2040 untuk skenario I, II, dan III, secara
berurutan sebesar 285.278 tCO2e, 248.588 tCO2e, dan 227.186 tCO2e. Perebusan air minum
memiliki nilai tapak karbon tiap unit volume tertinggi untuk kategori air siap minum, yaitu
sebesar 122,161 kgCO2e/m3
. Sedangkan untuk kategori air minum, air minum dari sumur untuk
sektor industri memiliki tapak karbon tiap unit volume tertinggi, yaitu sebesar 8,459
kgCO2e/m3
. Sebagai upaya penurunan tapak karbon SPAM, dapat diterapkan kebijakan daur
ulang air limbah sebagai alternatif penyediaan air minum melalui sumur, dan efisiensi energi.