digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pembangunan bagian utara Jawa Barat dilakukan melalui pengembangan Kawasan Metropolitan REBANA, sehingga perlu ada pula peningkatan pelayanan kebutuhan dasar masyarakat, salah satunya akses air minum aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang harus selaras dengan pembangunan rendah karbon. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk menghitung tapak karbon SPAM dan menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tapak karbon SPAM di Kawasan Metropolitan REBANA. Prediksi tapak karbon SPAM dilakukan dengan pendekatan sistem dinamik. Beberapa aktivitas yang berkontribusi terhadap tapak karbon SPAM yiatu proses penyediaan air minum oleh PDAM, dan sumur; distribusi AMDK; penyediaan air minum isi ulang; serta merebus air minum. Model disimulasikan dengan data Kabupaten Indaramayu, dan dinyatakan valid dengan nilai RMSPE untuk variabel jumlah penduduk sebesar 0,03%, dan terhadap kapasitas produksi IPA sebesar 4,89%. Berdasarkan hasil uji sensitivitas, variabel konsumsi energi listrik dari penyediaan air minum sektor industri melalui sumur, merupakan variabel yang paling sensitif. Hasil simulasi model dengan data KPI Patrol dan KPI Losarang menunjukkan tapak karbon SPAM pada kondisi BAU pada tahun 2040 mencapai 334.197 tCO2e. Skenario I, II, dan III menguji kebijakan dengan tingkat daur ulang air, secara berurutan sebesar 10%, 20%, dan 30% pada tahun 2030. Tapak karbon SPAM pada tahun 2040 untuk skenario I, II, dan III, secara berurutan sebesar 285.278 tCO2e, 248.588 tCO2e, dan 227.186 tCO2e. Perebusan air minum memiliki nilai tapak karbon tiap unit volume tertinggi untuk kategori air siap minum, yaitu sebesar 122,161 kgCO2e/m3 . Sedangkan untuk kategori air minum, air minum dari sumur untuk sektor industri memiliki tapak karbon tiap unit volume tertinggi, yaitu sebesar 8,459 kgCO2e/m3 . Sebagai upaya penurunan tapak karbon SPAM, dapat diterapkan kebijakan daur ulang air limbah sebagai alternatif penyediaan air minum melalui sumur, dan efisiensi energi.