digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Latar Belakang: Sepak bola merupakan olahraga paling populer di dunia dengan sekitar 200.000 pemain profesional dan 240 juta pemain amatir. Sepakbola sendiri merupakan olahraga intermiten dengan intensitas tinggi, hal tersebut akan mengakibatkan kelelahan, yang bisa meningkatkan risiko cedera. Cedera pada atlet muda masih belum banyak diteliti padahal ada beberapa kasus khusus seperti osgood schlatter, adanya data penelitian sangat penting dalam usaha menurunkan risiko cedera. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik cedera pada atlet sepakbola usia muda di indonesia termasuk mencari hubungan cedera dengan IMT dan waktu pajanan latihan juga pertandingan. Metode: Penelitian ini menggunakan desain retrospective cohort study dengan metode survey pada atlet sepakbola usia muda EPA (Elite Pro Academy) U14, U16, dan U18 dari 18 tim pada setiap kelompok umur. Dengan data yang dianalisis sebanyak n = 838. Hasil: Tidak ada hubungan antara IMT dengan cedera (p > 0,05) sedangkan waktu pajanan memiliki hubungan dengan cedera (p < 0,05). Cedera olahraga berdasarkan Lokasi cedera paling banyak terjadi pada pergelangan kaki 273(39%). Jenis cedera paling tinggi adalah memar 36%, cedera otot 25%, dan cedera ligament 18%. Cedera ringan(4-7 hari) sebagai tingkat keparahan cedera paling tinggi 299(43%). Posisi pemain bertahan paling banyak terjadi cedera 188(35%). Atlet terindikasi osgood Schlatter paling banyak terjadi pada umur 13 tahun sebanyak 39 kasus, dengan insidensi cedera 3,9/1000 jam. Kesimpulan: Pada Penelitian ini didapatkan bahwa waktu pajanan latihan berhubungan dengan banyaknya kejadian cedera. Sedangkan cedera paling banyak terjadi pada anggota tubuh bagian bawah terutama cedera ligamen pergelangan kaki sebagai kasus tertinggi. Pada posisi pemain bertahan menjadi posisi paling rentan cedera. Puncak kejadian osgood Schlatter terjadi pada umur 13 tahun.