Latar Belakang: Sepak bola merupakan olahraga paling populer di dunia dengan
sekitar 200.000 pemain profesional dan 240 juta pemain amatir. Sepakbola sendiri
merupakan olahraga intermiten dengan intensitas tinggi, hal tersebut akan
mengakibatkan kelelahan, yang bisa meningkatkan risiko cedera. Cedera pada atlet
muda masih belum banyak diteliti padahal ada beberapa kasus khusus seperti osgood
schlatter, adanya data penelitian sangat penting dalam usaha menurunkan risiko
cedera. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik cedera pada atlet
sepakbola usia muda di indonesia termasuk mencari hubungan cedera dengan IMT
dan waktu pajanan latihan juga pertandingan. Metode: Penelitian ini menggunakan
desain retrospective cohort study dengan metode survey pada atlet sepakbola usia
muda EPA (Elite Pro Academy) U14, U16, dan U18 dari 18 tim pada setiap kelompok
umur. Dengan data yang dianalisis sebanyak n = 838. Hasil: Tidak ada hubungan
antara IMT dengan cedera (p > 0,05) sedangkan waktu pajanan memiliki hubungan
dengan cedera (p < 0,05). Cedera olahraga berdasarkan Lokasi cedera paling banyak
terjadi pada pergelangan kaki 273(39%). Jenis cedera paling tinggi adalah memar
36%, cedera otot 25%, dan cedera ligament 18%. Cedera ringan(4-7 hari) sebagai
tingkat keparahan cedera paling tinggi 299(43%). Posisi pemain bertahan paling
banyak terjadi cedera 188(35%). Atlet terindikasi osgood Schlatter paling banyak
terjadi pada umur 13 tahun sebanyak 39 kasus, dengan insidensi cedera 3,9/1000 jam.
Kesimpulan: Pada Penelitian ini didapatkan bahwa waktu pajanan latihan
berhubungan dengan banyaknya kejadian cedera. Sedangkan cedera paling banyak
terjadi pada anggota tubuh bagian bawah terutama cedera ligamen pergelangan kaki
sebagai kasus tertinggi. Pada posisi pemain bertahan menjadi posisi paling rentan
cedera. Puncak kejadian osgood Schlatter terjadi pada umur 13 tahun.