2008 TS PP ADOLF LEOPOLD S.M. SIHOMBING 1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti
Inventori emisi merupakan salah satu alat yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam permasalahan pencemaran udara. Inventori ditujukan untuk menghitung besar konstribusi sumber terhadap beban polutan pencemar dalam hal ini CO2 dan CH4 di kota dan kabupaten Bandung. Penelitian dibatasi pada sektor transportasi sebagai salah satu sumber pencemar terbesar dengan meliputi jenis kendaraan angkutan penumpang, angkutan ringan, angkutan berat dan sepeda motor. Perhitungan beban emisi gas rumah kaca (CO2 dan CH4) dilakukan dengan dua pendekatan yaitu berdasarkan jarak tempuh kendaraan serta konsumsi pemakaian bahan bakar minyak dalam hal ini premium dan solar. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan beban emisi dari tahun 2004-2006 sebesar 24,13% untuk CO2 dan 39,41% untuk CH4. Kendaraan jenis bus memberikan konstribusi polutan CO2 paling besar dengan beban emisi pada tahun 2006 sebesar 1447218,2 ton/tahun, sedangkan untuk parameter CH4 sepeda motor menempati urutan pertama dengan beban emisi sebesar 922,06 ton/tahun. Hasil perhitungan beban emisi CO2 pada tahun 2004 berdasarkan pendekatan jarak tempuh kendaraan adalah sebesar 3130874,65 ton, pada tahun 2005 sebesar 3276853,3 ton dan pada tahun 2006 sebesar 3886394,94 ton, sedangkan berdasarkan pendekatan konsumsi bahan bakar diperoleh hasil sebesar 1370261,42 ton pada tahun 2004; 1694919,43 ton pada tahun 2005 dan 1667906,39 ton pada tahun 2006. Perhitungan terhadap parameter CH4 dengan pendekatan jarak tempuh kendaraan pada tahun 2004 memberikan hasil sebesar 972,38 ton, pada tahun 2005 sebesar 1066,09 ton dan pada tahun 2006 sebesar 1355,63 ton, sedangkan berdasarkan pendekatan konsumsi bahan bakar diperoleh beban emisi CH4 sebesar 536,18 ton pada tahun 2004; 645,61 ton pada tahun 2005 dan 582,35 ton pada tahun 2006. Selisih nilai dalam perhitungan disebabkan karena adanya jenis kendaraan yang memenuhi kebutuhan bahan bakar di luar wilayah kota dan kabupaten Bandung seperti bus dan truk. Selain itu peningkatan jumlah kendaraan tanpa disertai peningkatan jumlah kuota bahan bakar juga menjadi penyebab adanya selisih perhitungan pada tahun 2006.