Formasi Nyalindung mengandung fosil moluska yang mayoritas tergolong dalam Kelas
Gastropoda dan Pelecypoda. Fosil Gastropoda dan Pelecypoda yang ditemukan pada batuan
sedimen dapat digunakan sebagai penunjuk lingkungan pada saat pengendapan, salah
satunya sebagai proksi arus purba. Walaupun demikian, analisis arus purba melalui studi
paleontologi moluska pada satuan batuan ini masih belum dilakukan. Oleh karena itu,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai arah arus pengendapan
Formasi Nyalindung melalui studi paleontologi moluska.
Daerah penelitian terletak di aliran Sungai Ci Galasar, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten
Sukabumi, Provinsi Jawa Barat dan merupakan sebuah lintasan sepanjang 175 meter. Secara
stratigrafi, daerah penelitian terbagi ke dalam tiga satuan batuan tidak resmi, yakni Satuan
Batupasir, Satuan Batugamping A, dan Satuan Batugamping B. Studi arus purba dilakukan
pada empat titik, yakni tiga titik pada Satuan Batupasir dan satu titik pada Satuan
Batugamping A dan menunjukkan adanya perubahan arus purba dari bimodal, kompleks, N
291°-300° E, dan N 281°-290° E. Orientasi cangkang yang unimodal menunjukkan
lingkungan pengendapan laut dangkal yang tidak dipengaruhi oleh fluvial, orientasi bimodal
menunjukkan kuatnya pengaruh pasang surut, dan orientasi cangkang yang kompleks
menunjukkan adanya pengaruh gelombang pecah. Hal ini didukung oleh hasil analisis
paleontologi dari satuan batuan yang ditemukan pada Lintasan Sungai Ci Galasar, terutama
dengan penemuan Gemmula (Gemmula) granosa woodwardia yang mencirikan lingkungan
transisi – laut dangkal. Satuan Batupasir memiliki litologi batupasir yang berangsur menjadi
batulanau di beberapa tempat dengan kandungan moluska yang melimpah. Pada satuan ini,
ditemukan Turritella terebra talahabensis, Niotha talahabensis, Gemmula (Gemmula)
granosa woodwardia, Dientomochilus javanus, dan Terebra talahabensis yang secara
umum menandakan lingkungan laut dangkal hingga transisi. Litologi pada Satuan Batupasir
menunjukkan lingkungan pengendapan pantai – batas antara open hingga restricted
circulation backreef lagoon. Satuan Batugamping A memiliki litologi wackestone dengan
matriks mikrit dan fragmen moluska, alga, koral, dan foraminifera besar. Pada bagian bawah
satuan ini, ditemukan Talahabia dentifera, Chione tjikoraiensis, dan Cavatodens jonkeri
yang berukuran besar. Litologi dan fosil pada satuan ini menunjukkan lingkungan
pengendapan batas antara open hingga restricted circulation backreef lagoon. Satuan
Batugamping B memiliki litologi floatstone dengan matriks mikrit dan fragmen koral, alga,
dan pecahan cangkang moluska. Pada satuan ini, ditemukan Chione tjikoraiensis yang
bersama dengan litologi menunjukkan satuan inipada circulation backreef lagoon.
Perubahan lingkungan pengendapan menunjukkan adanya perubahan muka air laut
Berdasarkan kehadiran Turritella terebra talahabensis, Dientomochilus javanus, Talahabia
dentifera, dan taksa lainnya, umur ketiga satuan batuan pada Lintasan Sungai Ci Galasar
setara dengan Miosen Tengah.