digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK NISRINA 12016001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

COVER NISRINA 12016001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 1 NISRINA 12016001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 2 NISRINA 12016001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 3 NISRINA 12016001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 4 NISRINA 12016001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 5 NISRINA 12016001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

BAB 6 NISRINA 12016001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

PUSTAKA Nisrina Bahiyah Kesuma
PUBLIC Dedi Rosadi

LAMPIRAN NISRINA 12016001.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Formasi Nyalindung mengandung fosil moluska yang mayoritas tergolong dalam Kelas Gastropoda dan Pelecypoda. Fosil Gastropoda dan Pelecypoda yang ditemukan pada batuan sedimen dapat digunakan sebagai penunjuk lingkungan pada saat pengendapan, salah satunya sebagai proksi arus purba. Walaupun demikian, analisis arus purba melalui studi paleontologi moluska pada satuan batuan ini masih belum dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai arah arus pengendapan Formasi Nyalindung melalui studi paleontologi moluska. Daerah penelitian terletak di aliran Sungai Ci Galasar, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat dan merupakan sebuah lintasan sepanjang 175 meter. Secara stratigrafi, daerah penelitian terbagi ke dalam tiga satuan batuan tidak resmi, yakni Satuan Batupasir, Satuan Batugamping A, dan Satuan Batugamping B. Studi arus purba dilakukan pada empat titik, yakni tiga titik pada Satuan Batupasir dan satu titik pada Satuan Batugamping A dan menunjukkan adanya perubahan arus purba dari bimodal, kompleks, N 291°-300° E, dan N 281°-290° E. Orientasi cangkang yang unimodal menunjukkan lingkungan pengendapan laut dangkal yang tidak dipengaruhi oleh fluvial, orientasi bimodal menunjukkan kuatnya pengaruh pasang surut, dan orientasi cangkang yang kompleks menunjukkan adanya pengaruh gelombang pecah. Hal ini didukung oleh hasil analisis paleontologi dari satuan batuan yang ditemukan pada Lintasan Sungai Ci Galasar, terutama dengan penemuan Gemmula (Gemmula) granosa woodwardia yang mencirikan lingkungan transisi – laut dangkal. Satuan Batupasir memiliki litologi batupasir yang berangsur menjadi batulanau di beberapa tempat dengan kandungan moluska yang melimpah. Pada satuan ini, ditemukan Turritella terebra talahabensis, Niotha talahabensis, Gemmula (Gemmula) granosa woodwardia, Dientomochilus javanus, dan Terebra talahabensis yang secara umum menandakan lingkungan laut dangkal hingga transisi. Litologi pada Satuan Batupasir menunjukkan lingkungan pengendapan pantai – batas antara open hingga restricted circulation backreef lagoon. Satuan Batugamping A memiliki litologi wackestone dengan matriks mikrit dan fragmen moluska, alga, koral, dan foraminifera besar. Pada bagian bawah satuan ini, ditemukan Talahabia dentifera, Chione tjikoraiensis, dan Cavatodens jonkeri yang berukuran besar. Litologi dan fosil pada satuan ini menunjukkan lingkungan pengendapan batas antara open hingga restricted circulation backreef lagoon. Satuan Batugamping B memiliki litologi floatstone dengan matriks mikrit dan fragmen koral, alga, dan pecahan cangkang moluska. Pada satuan ini, ditemukan Chione tjikoraiensis yang bersama dengan litologi menunjukkan satuan inipada circulation backreef lagoon. Perubahan lingkungan pengendapan menunjukkan adanya perubahan muka air laut Berdasarkan kehadiran Turritella terebra talahabensis, Dientomochilus javanus, Talahabia dentifera, dan taksa lainnya, umur ketiga satuan batuan pada Lintasan Sungai Ci Galasar setara dengan Miosen Tengah.