digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ajeng Anasthasia
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

Transisi energi sedang terjadi di Indonesia dimana penggunaan energi konvensional mulai berganti ke energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTSA). Namun, banyak faktor yang dapat mempengaruhi besaran output PLTSA. Salah satu faktor tersebut adalah shading yang dapat diakibatkan oleh tutupan awan dan polusi udara dari PM2.5. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh shading dari parameter tutupan awan dan PM2.5 terhadap output PLTSA di DKI Jakarta. Data yang digunakan adalah data output PLTSA di 3 titik yang tersebar di DKI Jakarta, data tutupan awan dari BMKG Kemayoran, dan data konsentrasi PM2.5 di DKI Jakarta dari Kedutaan Besar Amerika Serikat. Data akan dilihat dan dikalkulasi secara statistika menggunakan boxplot, grafik timeseries, uji korelasi, scatterplot, dan tabel klasifikasi untuk menentukan besarnya efek shading terhadap PLTSA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa shading dari tutupan awan dan PM2.5 berefek pada output PLTSA di 3 titik penelitian di DKI Jakarta tahun 2019-2020 pada tiap musim. Output PLTSA berkurang ketika shading tinggi dan bertambah ketika shading rendah. Pada kondisi shading tertinggi, pada musim DJF (Desember, Januari, Februari) output dapat berkurang sebanyak 48,08%, pada musim MAM (Maret, April, Mei) output dapat berkurang sebanyak 41,59%, pada musim JJA (Juni, Juli, Agustus) output berkurang sebanyak 39,26%, pada musim SON (September, Oktober, November) output berkurang sebanyak 45,22%. Ditinjau dari efek shading akibat tutupan awan dan polusi PM2.5, PLTSA bekerja paling optimal di musim SON dan paling tidak optimal pada musim DJF.