digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Iyya Juwita Pangesti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Cekungan Bandung merupakan salah satu wilayah yang sering mengalami banjir akibat dipicu hujan ekstrem. Di sisi lain karakteristik hujan ekstrem belum diketahui secara utuh baik secara spasial maupun temporalnya. Kemudian, data skala harian tidak dapat mencerminkan intensitas dan frekuensi curah hujan yang lebih detail, sehingga diperlukan analisis sub-harian (perjam) untuk menggambarkan kejadian hujan ekstrem yang lebih detail. Adanya data pengamatan BBWS Citarum resolusi temporal 1 jam dapat memenuhi kriteria tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis karakteristik sub-harian di Cekungan bandung. Penelitian ini menggunakan metode penentuan kejadian hujan ekstrem dengan ambang batas yaitu persentil 95 dari data curah hujan historis per jam. Kemudian data hujan ekstrem yang didapatkan tersebut diolah dengan mengadopsi metode variabilitas diurnal DP (Diurnal Percentage) dan variasi diurnal Dt (Diurnal Variation) dari rata-rata curah hujan ekstrem (EPA) dan rata-rata frekuensi hujan ekstrem (EPF) untuk mengetahui pola hujan ekstrem secara spasial dan temporal. Selain itu, metode pengendalian mutu QC (Quality Control) dilakukan terhadap data observasi untuk menjamin validitas data sebelum dianalisis. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa di Cekungan Bandung, puncak EPF secara umum memiliki pola semi-anual, dengan puncak di periode November- Desember dan Februari-April. Sedangkan secara spasial, banyak kejadian EPF di wilayah selatan sebesar 48.18% (maksimum di Stasiun Kertasari), utara sebesar 44.52% (maksimum di Stasiun Cidurian) dan timur sebesar 7.3% (maksimum di Stasiun Sapan). Berdasarkan nilai Dt, puncak EPA terjadi di sore hari pukul 15.00 WIB, kecuali untuk wilayah timur yaitu terjadi pukul 16.00 WIB. Durasi hujan ekstrem di Cekungan Bandung umumnya berdurasi pendek kurang dari tiga jam (98.72%) namun berpotensi terjadi lebih dari atau sama dengan tiga jam (1.28%) khususnya terjadi di Stasiun Ancol Mekar, Dayeuhkolot dan Kertasari.