Energi listrik berperan sangat penting pada setiap sektor untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Berbagai permasalahanpun sering terjadi
dalam memenuhi kebutuhan energi listrik, salah satunya adalah derating. Derating
merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila daya keluaran (MW) unit lebih rendah
dari Daya Mampu Netto (DMN) nya artinya tidak terpenuhinya permintaan beban
oleh pembangkit yang berakibat pada kekurangan suplai atau kehilangan suplai
energi listrik. Permasalahan ini berkaitan erat dengan ketidakpastian ketersediaan
energi primer batubara sebagai salah satu sumber energi primer pada pembangkit
listrik tenaga uap. Berbagai faktor yang mempengaruhi ketersedian energi primer
adalah permasalahan pengiriman batubara (transshipment) yang berkaitan dengan
permasalahan persediaan (inventory) dan kuantitas batubara, sedangkan faktor yang
mempengaruhi kualitas batubara adalah penentuan nilai kalori batubara yang sesuai
dengan kebutuhan pembangkit baik dari desain mesin maupun kapasitasnya. Salah
satu metode yang digunakan adalah dengan melakukan fuel blending, proses ini
digunakan untuk mendapatkan nilai kalori batubara yang sesuai kebutuhan dengan
batasan moisture, sulfur, dan ash. Dari berbagai faktor tersebut, para peniliti hanya
berorientas pada batasan-batasan sistem operasi saja sehingga faktor lainpun yang
ternayata mempunyai pengaruh yang besar seringkali diabaikan. Sedangkan di
Indonesia yang notabene sebagai negara kepulauan, sebagian besar pengiriman
batubara dilakukan melalui laut dari pemasok menuju pembangkit masing-masing
wilayah dimana sebagian besar pemasok batubara memiliki tambang dengan lokasi
berbeda yang berpengaruh terahadap kualitas kalori dan harga batubara. Sehingga
pembangkit mengalami kendala dalam menentukan pemasok batubara yang sesuai
dengan kebutuhan. Berbagai permasalahan yang telah dipaparkan dapat
menyebabkan ketidakoptimalan penjadwalan operasi pembangkit dan akan
berdampak secara signifikan terhadap keseluruhan operasi sistem yang
mengakibatkan biaya operasional menjadi sangat mahal. Hal ini menjadikan dasar
penelitian bagi penulis untuk dikembangkan secara detail dan spesifik dengan
mengkombinasikan antara permasalahan optimasi penjadwalan pembangkit dengan
batasan sistem operasi, pengiriman, pencampuran, dan penyimpanan batubara
dengan menggabungkannya sebagai permasalahan optimasi operasi pembangkit
listrik tenaga uap akibat ketidakpastian energi primer
Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan Mixed-Integer Linear
Programming (MILP) dalam memecahkan permasalahan derating yang telah
dipaparkan sebelumnya. Algoritma optimasi diimplementasikan menggunakan
software Pyomo sebagai library open source berbasis pemrograman Python dimana
solver GNU Linear Programming Kit (GLPK) digunakan dalam menyelesaikan
algoritma Linear Programming (LP) dan Mixed-Integer Programming (MIP).
Algoritma optimasi tersebut diantaranya algoritma unit commitment dan economic
dispatch, coal transshipment, fuel blending dan inventory. Penggabungan algoritma
ini menjadikan algoritma baru yang berfungsi dalam optimasi operasi penjadwalan
pembangkit listrik tenaga uap untuk menentukan waktu yang optimal bagi
pembangkit melakukan permintaan pengiriman batubara dan pemeliharaan sistem
sesuai dengan persedian batubara pada penyimpanan pembangkit. Pengujian
algoritma diaplikasikan menggunakan sistem IEEE 39-bus selama satu minggu
dengan interval waktu setiap satu jam, sehingga total simulasi adalah 168 jam.
Penambahan algoritma baru ini memberikan biaya pembangkitan 5,57% lebih
murah dibandingkan tanpa menggunakan algoritma baru dan optimasi operasi
pembangkit listrik lebih optimal.