ABSTRAK ANDI M FAALIH RUSYDI 12017003.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi COVER ANDI M FAALIH RUSYDI 12017003.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 1 ANDI M FAALIH RUSYDI 12017003.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 2 ANDI M FAALIH RUSYDI 12017003.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 ANDI M FAALIH RUSYDI 12017003.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 ANDI M FAALIH RUSYDI 12017003.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 5 ANDI M FAALIH RUSYDI 12017003.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 6 ANDI M FAALIH RUSYDI 12017003.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 7 ANDI M FAALIH RUSYDI 12017003.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 8 ANDI M FAALIH RUSYDI 12017003.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi PUSTAKA Andi Muhammad Faalih Rusydi
PUBLIC Dedi Rosadi LAMPIRAN ANDI M FAALIH RUSYDI 12017003.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi
Indonesia khususnya Sulawesi dan Halmahera memiliki cadangan bijih laterit yang
sangat kaya. Nikel sebelumnya hanya digunakan dalam industri stainless steel
namun, meningkatnya laju adopsi energi alternatif turut meningkatkan permintaan
pasar untuk bijih nikel laterit untuk bahan baku baterai khususnya dalam industri
mobil elektrik. Diperkirakan dengan laju produksi mobil elektrik sekarang, pada
tahun 2025 akan terjadi kekurangan suplai nikel untuk bahan baku baterai mobil
elektrik. Dalam upaya memenuhi kebutuhan nikel tersebut, diperlukan penelitian
lebih detail mengenai karakterisasi endapan nikel laterit di Daerah Buli.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik batuan dasar, menentukan
karakteristik dari endapan, serta menentukan metode pemrosesan yang tepat untuk
bijih laterit daerah penelitian. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa
sampel batuan dasar 10 titik bor, data analisis XRF (X-Ray Fluorescence) 10 titik
bor, DEM (Digital Elevation Model), 247 foto logging, dan 10 deskripsi logging.
Profil laterit daerah penelitian terdiri atas tanah penutup, limonit, saprolit dan
batuan dasar. Berdasarkan analisis petrografi, batuan dasar daerah penelitian terdiri
atas harzburgit terserpentinisasi dan serpentinit. Batuan dasar mengalami
serpentinisasi sedang hingga kuat dengan serpentinisasi berlangsung dua kali.
Mineral pembawa nikel olivin dan serpentin.
Batuan dasar memengaruhi persebaran unsur minor dan mayor di zona limonit.
Untuk unsur minor, Ni lebih tinggi ditemukan pada lubang bor dengan batuan dasar
harzburgit namun, unsur Co dan MnO lebih rendah dari lubang bor dengan batuan
dasar serpentinit. Untuk unsur mayor, SiO2 dan MgO lebih tinggi ditemukan pada
lubang bor harzburgit, sedangkan unsur Fe dan Al2O3 lebih tinggi ditemukan pada
luabng bor serpentinit. Tidak tampak perbedaan signifikan pada persebaran unsur
minor dan mayor pada zona saprolit kecuali pada unsur MgO. Unsur MgO lebih
tinggi ditemukan pada lubang bor serpentinit. Topografi juga memengaruhi derajat
laterisasi dari profil laterit. Semakin landai lereng, semakin tinggi derajat laterisasi.
Bijih laterit daerah penelitian dibagi menjadi dua, yaitu bijih limonit dan bijih
saprolit. Bijih saprolit yang memenuhi nilai ambang kadar nikel berjumlah 66 bijih
iii
yang cocok untuk diolah menjadi feronikel. Terdapat 17 bijih yang berasal dari
limonit maupun saprolit yang cocok untuk diolah menjadi NPI (Nickel Pig Iron).
Bijih limonit yang memenuhi nilai ambang kadar nikel berjumlah 14 bijih yang
cocok untuk diolah menjadi MHP (Mixed Hidroxide Precipitate).