digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia khususnya Sulawesi dan Halmahera memiliki cadangan bijih laterit yang sangat kaya. Nikel sebelumnya hanya digunakan dalam industri stainless steel namun, meningkatnya laju adopsi energi alternatif turut meningkatkan permintaan pasar untuk bijih nikel laterit untuk bahan baku baterai khususnya dalam industri mobil elektrik. Diperkirakan dengan laju produksi mobil elektrik sekarang, pada tahun 2025 akan terjadi kekurangan suplai nikel untuk bahan baku baterai mobil elektrik. Dalam upaya memenuhi kebutuhan nikel tersebut, diperlukan penelitian lebih detail mengenai karakterisasi endapan nikel laterit di Daerah Buli. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik batuan dasar, menentukan karakteristik dari endapan, serta menentukan metode pemrosesan yang tepat untuk bijih laterit daerah penelitian. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa sampel batuan dasar 10 titik bor, data analisis XRF (X-Ray Fluorescence) 10 titik bor, DEM (Digital Elevation Model), 247 foto logging, dan 10 deskripsi logging. Profil laterit daerah penelitian terdiri atas tanah penutup, limonit, saprolit dan batuan dasar. Berdasarkan analisis petrografi, batuan dasar daerah penelitian terdiri atas harzburgit terserpentinisasi dan serpentinit. Batuan dasar mengalami serpentinisasi sedang hingga kuat dengan serpentinisasi berlangsung dua kali. Mineral pembawa nikel olivin dan serpentin. Batuan dasar memengaruhi persebaran unsur minor dan mayor di zona limonit. Untuk unsur minor, Ni lebih tinggi ditemukan pada lubang bor dengan batuan dasar harzburgit namun, unsur Co dan MnO lebih rendah dari lubang bor dengan batuan dasar serpentinit. Untuk unsur mayor, SiO2 dan MgO lebih tinggi ditemukan pada lubang bor harzburgit, sedangkan unsur Fe dan Al2O3 lebih tinggi ditemukan pada luabng bor serpentinit. Tidak tampak perbedaan signifikan pada persebaran unsur minor dan mayor pada zona saprolit kecuali pada unsur MgO. Unsur MgO lebih tinggi ditemukan pada lubang bor serpentinit. Topografi juga memengaruhi derajat laterisasi dari profil laterit. Semakin landai lereng, semakin tinggi derajat laterisasi. Bijih laterit daerah penelitian dibagi menjadi dua, yaitu bijih limonit dan bijih saprolit. Bijih saprolit yang memenuhi nilai ambang kadar nikel berjumlah 66 bijih iii yang cocok untuk diolah menjadi feronikel. Terdapat 17 bijih yang berasal dari limonit maupun saprolit yang cocok untuk diolah menjadi NPI (Nickel Pig Iron). Bijih limonit yang memenuhi nilai ambang kadar nikel berjumlah 14 bijih yang cocok untuk diolah menjadi MHP (Mixed Hidroxide Precipitate).