digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Suriandi Harnanda
PUBLIC Resti Andriani

Air asam tambang (AAT) terbentuk sebagai akibat dari teroksidasinya mineral sulfida, yang disertai dengan keberadaan air dan udara. AAT yang terlanjur masuk ke lingkungan dapat merusak ekosistem air yang disebabkan oleh pH yang rendah dan konsentrasi logam terlarut yang tinggi. Upaya untuk mencegah terbentuknya AAT adalah dengan melapisi batuan yang mengandung mineral sulfida (Potential Acid Forming/PAF) dengan material yang tidak mengandung mineral sulfida (NonAcid Forming/NAF) untuk mencegah terjadinya oksidasi pada mineral sulfida. Demi mengatasi kurangnya ketersediaan material NAF dilapangan, pemanfaatan fly ash dari sisa pembakaran batubara pada pembangkit listrik tenaga uap sebagai material pelapis dapat digunakan sebagai alternatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja fly ash sebagai material pelapis dengan menggunakan kolom uji dan timbunan uji dalam mencegah terbentuknya AAT. Kolom uji dilakukan dengan skala laboratorium dan skala lapangan dengan rasio perbandingan fly ash yang digunakan sebagai material pelapis 5%, 15%, dan 25%, serta dilakukan kolom tambahan untuk kolom uji skala laboratorium dengan rasio 35%, 50% dan 60%. Selanjutnya pada timbunan uji, skenario pelapisan dengan menempatkan material fly ash setebal 90 cm dan top soil setebal 30 cm diatas material PAF setebal 30 cm. Pada setiap lapisannya dipasang sensor oksigen dan kandungan air untuk memantau perubahan temporalnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kolom uji dengan metoda pelapisan, kesetimbangan geokimia material tidak mampu menjaga kualitas air lindian untuk tidak asam dengan rata – rata nilai pH 2,66 - 2,76. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi material pelapis yang mengandalkan sifat fisik fly ash untuk mencegah difusi oksigen hingga level tertentu tidak tercapai sehingga AAT tetap terbantuk. Meskipun demikian, penambahan fly ash pada kolom uji tetap menunjukkan kemampuannya dalam mengurangi laju oksidasi yang teramati dengan turunnya konsentrasi sulfat dan logam terlarut. Sedangkan pada timbunan uji dengan lapisan fly ash yang lebih tebal, pengaruh fisik lapisan fly ash berupa perannya mencegah difusi oksigen menjadi signifikan sehingga AAT tidak terbentuk dan air lindihan dengan pH rata – rata 8,90. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam pemanfaatan fly ash sebagai material pelapis, pertimbangan karakteristik fisik dan kesetimbangan geokimia harus menjadi satu kesatuan analisis yang menentukan kinerja fly ash yang efektif untuk mencegah terbentuknya AAT.