Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang mengalami fenomena
penurunan muka tanah yang sangat masif khususnya berlokasi di kawasan
Cekungan Bandung. Penurunan muka tanah disebabkan oleh terjadinya fenomena
kompaksi akibat kekosongan material pada zona akuifer yang mana pada zona
akuifer tersebut telah dilakukan pengambilan air tanah secara berlebihan. Dampak
dari fenomena kompaksi yaitu berkurangnya sumber air tanah dan bencana banjir.
Penggunaan metode gaya berat pada penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi keberadaan zona kompaksi dibawah permukaan pada kedalaman
dangkal sekaligus mengetahui struktur geologi di bawah permukaan. Metode gaya
berat Bouguer residual dan metode gaya berat gradien vertikal merupakan metode
geofisika yang sensitif terhadap perbedaan densitas, tetapi memiliki ambiguitas
yang cukup tinggi dalam mendefinisikan perbedaan densitas tersebut dalam arah
vertikal maupun horizontal. Aplikasi metode gaya berat Bouguer residual dapat
menggambarkan struktur bawah permukaan dengan baik tetapi memiliki
kelemahan dalam menentukan sumber anomali pada kedalaman dangkal dalam
kasus ini adalah kompaksi, di sisi lain metode gaya berat gradien vertikal mampu
menunjukan sumber anomali pada kedalaman dangkal tetapi tidak mampu
menggambarkan struktur seperti pada metode gaya berat Bouguer residual.
Kombinasi dari aplikasi metode gaya berat Bouguer residual dan gaya berat
gradien vertikal diharapkan dapat meminimalisasi ambiguitas dan kekurangan
kedua metode tersebut.
Aplikasi metode ini di daerah Cekungan Bandung menunjukan adanya zona
kompaksi pada dua area berbeda. Zona kompaksi pertama berada pada kedalaman
40 meter dengan ketebalan 130 meter dan memiliki kontras densitas sebesar 0.2
g/cc yang berhubungan dengan keberadaan struktur geologi berupa sesar dan
antiklin, kemudian zona kompaksi kedua berada pada kedalaman 170 meter
dengan ketebalan 100 meter dan memiliki kontras densitas sebesar 0.1 g/cc yang
berhubungan dengan adanya struktur cekungan di daerah penelitian.