digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Badan dunia Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB (UN DESA) memproyeksikan jumlah penduduk dunia akan meningkat menjadi 9.8 milyar jiwa pada tahun 2050, dan kebutuhan pangan akan meningkat 60%. Di sisi lain, perubahan iklim global, urbanisasi, dan penurunan kualitas tanah akan mengurangi luas area yang bisa digunakan untuk bercocok tanam. Untuk itu, aplikasi pemanfaatan medan listrik dan medan magnet untuk tanaman, diharapkan bisa membantu meningkatkan produksi pangan. Jika suatu jenis tanaman menunjukkan respons positif atau negatif, maka bukan tidak mungkin tanaman lain dengan garis kekerabatan yang dekat, akan menghasilkan respons yang sama. Sehingga, medan listrik dan medan magnet bisa digunakan untuk meningkatkan hasil panen, atau sebaliknya untuk menghambat pertumbuhan tanaman hama. Penelitian mengenai pemanfaatan medan listrik dan medan magnet untuk pertumbuhan tanaman, sudah dimulai sejak abad XIX. Pemaparan medan dilakukan terhadap biji, tanaman, tanah, air, juga pupuk/nutrisi. Sebagian peneliti menemukan bahwa pemberian energi listrik terhadap tanaman bisa meningkatkan hasil panen. Sebagian lagi menemukan dampak yang sebaliknya, energi listrik bisa menurunkan tingkat kesuburan. Ada juga yang menemukan bahwa energi listrik tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap pertumbuhan. Pada penelitian ini, bibit cabai rawit dipapar dengan medan listrik 1 – 5kV/cm dengan durasi 15 – 90 detik, medan magnet dari sumber arus 1 – 10A (kuat medan 88 – 552?T) dengan durasi 15 – 90 menit, serta medan listrik 5kV/cm selama 24 jam dan medan magnet dari sumber arus 300mA (kuat medan 40 ?T) selama 24 jam sebagai simulasi kondisi tanaman di bawah jalur SUTET. Air penyiraman juga dibedakan menjadi air biasa dan air magnet. Sebelum dimulainya percobaan, bibit cabai direndam terlebih dahulu dalam air dengan suhu awal 70???? selama 2 jam. Kemudian, bibit cabai dipisahkan menjadi 70 kelompok untuk mendapatkan 70 jenis perlakuan yang berbeda. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 bibit dengan replikasi sebanyak 3 kali, sehingga total bibit cabai yang dibutuhkan adalah 1050 butir. Bibit cabai ditanam pada media rockwool berukuran 5cm x 5cm x 5cm, dengan masing-masing plot diisi 5 bibit. Penataan posisi plot mengikuti skema Complete Randomized Design (CRD) dengan total 210 plot. Posisi masing-masing plot diacak setiap hari, sehingga variasi hasil penelitian akibat posisi tanaman bisa diabaikan. Variasi hasil penelitian yang diamati bisa dianggap hanya bergantung pada perlakuan terhadap tanaman tersebut. Untuk sampel kendali, biji cabai tidak diberi paparan medan listrik maupun medan magnet. Untuk kelompok medan listrik dan medan magnet, pemaparan dilakukan selama 1 kali di awal pembibitan. Untuk kelompok simulasi SUTET, pemaparan dilakukan terus-menerus selama 24 jam. Hasilnya jika dibandingkan dengan sampel kendali tanpa pemaparan, bibit cabai rawit dengan perlakuan simulasi SUTET menghasilkan tanaman dengan proses perkecambahan yang lebih lambat, panjang akar dan batang yang lebih pendek, serta berat akhir yang lebih kecil. Pemaparan dengan medan listrik 1 – 5kV/cm selama 15 – 90 detik menghasilkan tanaman dengan panjang akar dan batang yang lebih tinggi, serta berat akhir yang lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Sementara pemaparan dengan medan magnet 88 – 552?T selama 15 – 90 menit menghasilkan tanaman dengan proses perkecambahan yang lebih cepat dan jumlah kecambah yang lebih banyak. Durasi pemaparan juga memberikan dampak positif, namun tidak sebesar intensitas kuat medan, baik untuk medan listrik maupun magnet. Penyiraman dengan air magnet memberikan dampak positif pada sampel kendali dan sampel dengan perlakuan simulasi SUTET, namun memberi dampak negatif pada sampel yang dipapar medan listrik 1 – 5kV/cm dan medan magnet 88 – 552?T.