digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Muhammad Zidan Amali
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Muhammad Zidan Amali
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Muhammad Zidan Amali
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Muhammad Zidan Amali
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Muhammad Zidan Amali
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Muhammad Zidan Amali
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Pasir kuarsa merupakan salah satu komoditas tambang bukan logam yang masih sangat berharga karena dapat dimanfaatkan pada berbagai industri, seperti industri kaca dan bahan konstruksi. Sebagai perusahaan tambang timah, PT Timah Tbk. memiliki timbunan sisa hasil pengolahan (SHP) berupa pasir kuarsa dalam jumlah yang sangat besar dengan kadar yang cukup baik sehingga berpotensi untuk ditambang dan diolah lebih lanjut. Oleh karena itu, perlu dilakukan proses optimasi pit pada timbunan pasir kuarsa SHP tersebut untuk mengetahui jumlah cadangan pasir kuarsa yang dapat ditambang dan nilai keuntungan maksimal tak terdiskontonya (net value). Optimasi pit dilakukan dengan perangkat lunak Micromine 2021 dengan didasarkan pada dua opsi metode penambangan, yaitu tambang basah dan tambang kering. Tambang basah atau tambang semprot menggunakan air bertekanan tinggi untuk menambang material, sedangkan tambang kering menggunakan ekskavator dan dump truck untuk menambang dan mengangkut material yang ditambang. Perbedaan dari kedua metode penambangan tersebut adalah pada beberapa parameter masukan pada proses optimasi pit seperti mining recovery, mining dilution, processing recovery, mining cost, dan processing cost. Setelah itu, diperoleh hasil dari proses optimasi pit berupa pit shell yang dapat menunjukkan jumlah cadangan pasir kuarsa dan net value, serta menjadi acuan dalam mendesain ultimate pit limit (UPL). Kemudian, dilakukan pembuatan desain UPL untuk kedua metode penambangan berdasarkan masing-masing pit shell yang telah dihasilkan sehingga diperoleh perbedaan jumlah cadangan pasir kuarsa antara tambang basah dan tambang kering berdasarkan hasil dari desain UPL. Selain itu, dilakukan analisis sensitivitas berupa fluktuasi harga jual pasir kuarsa dan operating cost terhadap jumlah cadangan pasir kuarsa yang dihasilkan dari pit shell untuk kedua metode penambangan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah tambang basah menghasilkan lebih banyak jumlah cadangan pasir kuarsa daripada tambang kering, yaitu 528.031 ton berbanding 526.111 ton untuk hasil dari pit shell serta 590.226 ton berbanding 511.200 ton untuk hasil dari desain UPL. Selain itu, diperoleh hasil bahwa fluktuasi harga jual pasir kuarsa memiliki pengaruh berupa hubungan berbanding lurus terhadap jumlah cadangan pasir kuarsa, sedangkan fluktuasi operating cost memiliki pengaruh berupa hubungan berbanding terbalik.