BAB 1 Amyra Nur Rahmani
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Amyra Nur Rahmani
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Amyra Nur Rahmani
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Amyra Nur Rahmani
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Amyra Nur Rahmani
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Amyra Nur Rahmani
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
ABSTRAK Amyra Nur Rahmani
PUBLIC Resti Andriani
Fiksasi internal implan telah menjadi metode yang populer untuk penyembuhan patah tulang karena keefektifan dan fleksibilitasnya. Material implan yang saat ini digunakan antara lain stainless steel, paduan titanium, dan paduan kobalt. Material tersebut tidak dapat diuraikan oleh tubuh sehingga diperlukan operasi pengangkatan implan ketika tulang sudah sembuh. Paduan magnesium menarik perhatian peneliti untuk menjadi material implan yang dapat terurai di dalam tubuh untuk mengeliminasi kebutuhan operasi kedua. Namun, paduan magnesium memiliki laju korosi tinggi yang menyebabkan cepatnya degradasi sifat mekanik pada lingkungan fisiologis tubuh. Anodisasi adalah perlakuan permukaan untuk menghasilkan lapisan oksida tebal dan stabil. Shot peening dapat meningkatkan sifat mekanik melalui pengerasan kerja pada paduan magnesium yang sulit terdeformasi. Dalam penelitian ini, dipelajari pengaruh shot peening dan tegangan anodisasi terhadap sifat mekanik dan ketahanan korosi paduan AZ91D dalam
larutan Ringer Laktat.
Percobaan shot peening (SP) dilakukan selama 60 menit. Kemudian, anodisasi dilakukan pada sampel SP dan tanpa SP dalam larutan 3 M KOH + 1 M Na2SiO3 selama 60 menit pada tegangan 5, 10, 20, 25 V. Pengamatan morfologi dan karakterisasi komposisi lapisan hasil anodisasi dilakukan dengan optical microscope (OM) dan scanning electron microscope - energy dispersive spectroscopy (EDS). Kekerasan pada sampel SP dan tanpa SP diuji menggunakan vickers hardness test (VHT). Sementara itu, kekasaran permukaan sampel diukur menggunakan surface roughness tester (SRT). Ketahanan korosi sampel ditentukan melalui uji elektrokimia potentiodynamic polarization (PDP) dan electrochemical impedance spectroscopy (EIS) untuk memperoleh laju korosi dan resistansi.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa SP dapat meningkatkan kekerasan sampel sebesar 50,43% hingga 106 HV di dekat permukaan. Anodisasi pada tegangan 5 V menghasilkan lapisan Mg(OH)2 yang berpori setebal 11,53 ?m. Sementara itu, pada tegangan 25 V terbentuk lapisan MgO setebal 2,06 ?m. SP meningkatkan kekasaran permukaan lapisan anodisasi dengan nilai maksimal Ra sama dengan 15,187 ?m pada tegangan 5 V. Ketahanan korosi tertinggi dicapai saat anodisasi pada 20 V dengan laju korosi 0,26 mm/tahun dan jumlah resistansi lapisan serta resistansi charge transfer 2626,32 ? cm2. SP menurunkan ketahanan korosi dibandingkan dengan sampel tanpa SP. Hal ini disebabkan adanya perubahan pada lapisan anodisasi yang terbentuk dan mikrostruktur paduan AZ91D setelah SP.