Terdapat dua sensor Airborne Topo-Bathymetry LIDAR, yaitu sensor topografi dan batimetri. Pada wilayah darat, kedua sensor dapat merekam objek dengan baik. Namun pada wilayah laut, sensor topografi hanya mengakuisisi permukaan air, berbeda dengan sensor batimetri yang dapat mengakuisisi hingga dasar laut. Sehingga, terdapat perbedaan di antara kedua data tersebut seperti resolusi, presisi, dan akurasi yang menjadi tantangan dalam mengintegrasikan data topo-batimetri. Tantangan lainnya adalah tidak berimpitnya data antara kedua sensor yang menimbulkan gap antar data. Penelitian ini memecahkan tantangan tersebut dengan menggunakan metode transformasi konformal 3D, yaitu Bursa-Wolf dan Molodensky-Badekas. Lagipula, belum terdapat penelitian yang menunjukkan hasil penggunaan kedua metode tersebut dalam mengintegrasikan data topo-batimetri. Bahkan, peneliti lain yang mengintegrasikan data topo-batimetri tidak menggunakan metode tersebut. Penentuan titik sekutu yang diperlukan dalam integrasi data diperoleh dengan metode vectorize buildings dan point to point pada objek di darat mengingat sensor topografi tidak dapat mengakuisisi objek di dasar perairan. Penelitian ini membandingkan hasil kedua metode integrasi dan penentuan titik sekutu. Hasilnya menunjukkan bahwa metode Bursa-Wolf dan Molodensky-Badekas dapat digunakan untuk mengintegrasikan data topo-batimetri yang ditunjukkan dengan terjadinya perubahan posisi sensor batimetri ke arah sensor topografi apapun metode penentuan titik sekutunya. Berdasarkan RMSE, metode penentuan titik sekutu paling baik adalah point to point.