digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Dirga Erdia Putra
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Dirga Erdia Putra
PUBLIC Erlin Marliana Effendi

BAB 1 Dirga Erdia Putra
PUBLIC Erlin Marliana Effendi

BAB 2 Dirga Erdia Putra
PUBLIC Erlin Marliana Effendi

BAB 3 Dirga Erdia Putra
PUBLIC Erlin Marliana Effendi

BAB 4 Dirga Erdia Putra
PUBLIC Erlin Marliana Effendi

BAB 5 Dirga Erdia Putra
PUBLIC Erlin Marliana Effendi

Gas alam menjadi salah satu penyumbang energi utama di Indonesia yang kebutuhannya semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), Gas alam ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan hingga 24% dari bauran energi nasional. Indonesia sendiri memiliki cadangan gas alam hingga 62,39 TSCF yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kenaikan kebutuhan tiap tahunnya. Oleh karena itu dibutuhkan fasilitas serta infrastruktur yang dapat diandalkan agar cadangan gas alam dapat dimanfaatkan secara maksimal. Salah satu infrastruktur utama yang memegang peranan penting adalah sistem perpipaan yang dapat mengalirkan gas alam dari salah satu lokasi ke lokasi yang lain untuk dapat diproses maupun diberikan langsung ke konsumen. Penelitian kali ini bertujuan untuk melakukan penilaian ulang terhadap keamanan dari sistem perpipaan gas alam yang telah beroperasi. Sistem perpipaan Suban 5 yang dianalisis memiliki kondisi operasi yang hampir sama dengan kondisi batas desainnya. Analisis akan dilakukan berdasarkan kriteria batas tegangan maksimum yang mengacu pada ASME B31.8 dan kriteria strain-based design. Sistem perpipaan akan dilakukan kalkulasi tegangan secara numerik metode elemen hingga menggunakan bantuan perangkat lunak AutoPIPE dan Abaqus. Dari hasil penelitian kali ini, dapat disimpulkan bahwa sistem perpipaan Suban 5 masih dapat beroperasi secara aman dengan code to stress ratio maksimum mencapai 0,95 temperatur operasi yang mencapai 132,2?. Meskipun begitu kondisi tersebut sudah hampir mencapai batas maksimalnya dan dibutuhkan penanganan lebih lanjut terhadap beberapa titik kritisnya. Selain itu diperlukan analisis lebih lanjut yang memperhitungkan cacat dari pipa seperti korosi pada titik-titik yang dianggap cukup kritis