Pekerjaan reklamasi menggunakan tanah pasir banyak dilakukan untuk
memperoleh lahan baru guna membangun infrastruktur diatasnya. Indonesia yang
merupakan daerah yang merupakan pertemuan lempeng tektonik menyebabkan
aktivitas kegempaan Indonesia sangat tinggi. Untuk menghasilkan timbunan
reklamasi yang sesuai standar harus memperhitungkan pengaruh gempa, tanah
setempat (kelas situs), dan geometri dari timbunan. Penelitian ini bertujuan untuk
melakukan site specific response analysis (SSRA) secara 2D dengan data tanah
dasar Jakarta, untuk mengetahui besaran amplifikasi di permukaan tanah akibat
gempa yang terjadi kasus dengan variasi parameter seperti, tinggi timbunan, kelas
situs tanah, kepadatan relatif tanah pasir, dan input motion gempa. Verifikasi model
dilakukan dengan membandingkan perambatan gelombang 1D pada software
FLAC dengan software DEEPSOIL sesuai dengan rekomendasi penelitan
Hutabarat (2016).
Hasil penelitian meninjau lokasi di tanah dasar tepat di bawah timbunan. Tanah
dasar yang ditinjau dibagi terhadap 3 zona yaitu zona tanpa timbunan, zona
peralihan, zona dengan timbunan. Pada zona tanpa timbunan diperoleh bahwa
besaran respon akselerasi yang terjadi semakin besar saat titik tinjauan mendekati
lereng timbunan. Pada zona peralihan adalah zona yang berada di dekat lereng
namun sudah terdapat timbunan diatasnya. Besaran respon akselerasi yang
diperoleh rata – rata PGA 3.4x lebih besar dari pada zona tanpa timbunan. Lebar
zona peralihan berkisar 1.5x – 2x tinggi timbunan diatasnya, pada ketinggian
timbunan 5m lebar zona peralihan adalah 7.8m – 9m sedangkan pada ketinggian
timbunan 10m lebar zona peralihan adalah 18.3m – 20m. Pada zona dengan
timbunan diperoleh respon akselerasi terkecil dari pada zona lainnya. Zona
peralihan yang sudah terdapat timbunan diatasnya terpengaruh efek geometri lereng
yang berada di dekatnya sehingga meskipun sudah terdapat tambahan tegangan
efektif oleh timbunan diatasnya, zona ini tetap menghasilkan nilai respon akselerasi
terbesar. Penelitian ini juga meninjau besaran deformasi yang terjadi pada zona –
zona tersebut. Hasil yang diperoleh menunjukkan pada zona peralihan besaran
deformasi 7-8x lebih besar dibandingkan zona tanpa timbunan dan 10-12x lebih
besar dibandingkan zona dengan timbunan.