COVER Nadia Delfi Zafira
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Nadia Delfi Zafira
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Nadia Delfi Zafira
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Nadia Delfi Zafira
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Nadia Delfi Zafira
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Nadia Delfi Zafira
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Nadia Delfi Zafira
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Astaksantin adalah senyawa karotenoid dengan sifat antioksidan yang sangat kuat.
Astaksantin banyak dimanfaatkan di industri kecantikan dan kesehatan sehingga
kebutuhan akan astaksantin terus meningkat. Senyawa ini dapat diproduksi oleh
alga hijau, di antaranya makroalga Spirogyra sp. yang seringkali ditemui di
perairan Indonesia. Namun, kadar astaksantin dalam Spirogyra sp. masih rendah.
Oleh karena itu diperlukan suatu metode kultivasi untuk dapat meningkatkan
produksi astaksantin pada Spirogyra sp. Penelitian ini dilakukan untuk
menentukan kadar N dan P optimum untuk meningkatkan produksi astaksantin
pada Spirogyra sp. Kultivasi dilakukan selama 14 hari pada medium Blue Green
dengan konsentrasi inokulum sebesar 6 g/L. Kadar N/P pada medium divariasikan
menjadi 1,1/0,01; 1,1/0,03; 1,1/0,09; 2,2/0,01; 2,2/0,03; 2,2/0,09; 6,6/0,01;
6,6/0,03; dan 6,6/0,09 mM. Sampling berat kering biomassa, kadar nitrat pada
medium, dan kadar astaksantin dilakukan setiap 3 (tiga) hari. Biomassa kering
kemudian diekstraksi dengan metode maserasi dan pelarut aseton untuk
memperoleh ekstrak yang mengandung astaksantin. Ekstrak ini kemudian
dianalisis menggunakan metode High Performance Liquid Chromatography
dengan kolom C18, eluen metanol HPLC grade:akuabides (95:5) dengan
kecepatan aliran 1 mL/menit, dan detektor Photodiode array UV-Vis ? 482 nm.
Pada penilitian ini, akumulasi biomassa tertinggi ditemukan pada kadar N dan P
sebesar 1,1 dan 0,03 mM, yaitu 485 mg berat kering dengan laju pertumbuhan
sebesar 0,2203 hari-1. Analisis RSM kemudian dilakukan sehingga diperoleh nilai
kadar N dan P optimum untuk kultivasi Spirogyra sp. yaitu 0,83 dan 0,04 mM.
Akumulasi astaksantin tertinggi didapatkan pada biomassa yang dikultivasi pada
medium dengan kadar N/P 1,1/0,01 mM, yaitu 0,067-0,269 mg/g berat kering
dengan akumulasi tertinggi pada hari kultivasi ke-12. Analisis RSM juga dilakukan
sehingga diperoleh nilai kadar N dan P optimum untuk akumulasi astaksantin pada
Spirogyra sp. yaitu 0,94 mM dan 0,01 mM. Pemodelan Logistik, Monod, dan
Luedeking-Piret untuk seluruh variasi telah dilakukan untuk memperoleh
parameter berupa laju pertumbuhan Spirogyra sp. sebesar 0,08 hingga 0,32 hari-1,nilai ?max sebesar 0,18±0,02 hari-1, kN 68,2±24,2 mg/L, ki 301,8±78,5 mg/L, YN
0,93±0,68 g biomassa/nitrat, ? 0,36±0,69, ? -0,01±0,02, dan kd 0,04±0,03.
Berdasarkan hasil penelitian, produktivitas astaksantin tertinggi terdapat pada
variasi kadar N 1,1 mM dan P 0,09 mM, yaitu 0,07 ?g/cm2/hari. Pada penelitian
ini, akumulasi biomassa meningkat seiring menurunnya kadar N dan rasio N:P.
Akumulasi astaksantin meningkat seiring menurunnya kadar N dan P. Hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan defisiensi N dan P dapat meningkatkan produksi
serta produktivitas astaksantin pada Spirogyra sp.