digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Variasi format pameran daring di Indonesia semakin berkembang terutama karena berlangsungnya pandemi pada tahun 2020. Galeri Nasional Indonesia (GNI) adalah salah satu museum pemerintah yang aktif membuat pameran dalam format daring. Tiga pameran regular GNI, yakni Manifesto Pandemi, Pameran Koleksi Nasional Poros dan Pameran Nusantara Terra (In) Cognita menjadi sampel yang akan dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini mengkaji perubahan format pameran daring dari pameran luring, terutama dalam praktik kurasi karya seni, dan bagaimana format ini mampu menjadi format alternatif yang akomodatif bagi museum atau galeri di Indonesia. Penelitian ini juga menggambarkan keuntungan, kelemahan dan tantangan pameran daring dari sudut pengelolaan dan penyelenggaraan nya saat dan pasca pandemi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi literatur, wawancara, dan observasi dengan metode penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa pameran daring menjadi alternatif presentasi yang cukup akomodatif sebagai pameran pengganti pameran fisik bagi museum. Perubahan konsep kuratorial dapat memperluas definisi seni dengan metode melibatkan publik sebagai peserta pameran dan co-kurator dalam pameran Manifesto Pandemi dan Poros. Penelitian ini menyimpulkan bahwa keterlibatan publik dalam pameran sebagai peserta dan co-kurator dapat memberikan pengalaman baru dan menambah engagement dalam pameran. Praktik kuratorial pameran daring dapat semakin kaya apabila kurator juga menguasai pola komunikasi, interaktivitas dan fitur-fitur yang umumnya digunakan di internet. Praktik kuratorial berintegrasi dengan praktik komunikasi digital.