COVER Muhammad Zakiy Fadlullah
EMBARGO  2026-06-06 
EMBARGO  2026-06-06 
BAB1 Muhammad Zakiy Fadlullah
EMBARGO  2025-03-06 
EMBARGO  2025-03-06 
BAB2 Muhammad Zakiy Fadlullah
EMBARGO  2025-03-06 
EMBARGO  2025-03-06 
BAB3 Muhammad Zakiy Fadlullah
EMBARGO  2025-03-06 
EMBARGO  2025-03-06 
BAB4 Muhammad Zakiy Fadlullah
EMBARGO  2025-03-06 
EMBARGO  2025-03-06 
BAB5 Muhammad Zakiy Fadlullah
EMBARGO  2025-03-06 
EMBARGO  2025-03-06 
Sandoricum koetjape (famili Meliaceae) merupakan tumbuhan asli Indonesia
yang tersebar luas mulai dari pulau Sumatera hingga Papua. Tumbuhan ini
bernilai ekonomi dan bermanfaat sebagai obat tradisional untuk penyakit diare,
disentri, kurap, demam, dan radang. Salah satu kandungan metabolit sekunder
utama dari famili ini ialah senyawa limonoid. Pada famili ini, senyawa
limonoidnya cenderung memiliki struktur yang lebih kompleks, tingkat oksidasi
yang lebih tinggi, dan penataulangan yang lebih bervariasi daripada famili lain.
Hal ini memungkinkan masih terdapat senyawa limonoid baru yang dapat
diisolasi dari S. koetjape. Pada penelitian ini, bagian biji S. koetjape diteliti
kandungan limonoidnya. Bijinya dipilih karena belum banyak penelitian yang
melaporkan kandungan limonoid dan aktivitas antibakterinya. Berdasarkan
literatur, ekstrak biji S. koetjape memiliki aktivitas antibakteri yang sangat baik
terhadap Bacillus subtilis dan Pseudomonas aeruginosa sehingga dimungkinkan
senyawa limonoid dari biji S. koetjape memiliki aktivitas antibakteri yang baik
juga. Senyawa limonoid tersebut diisolasi, diidentifikasi strukturnya dengan
spektroskopi NMR-1D dan NMR-2D dan diuji aktivitas antibakterinya dengan
metode difusi cakram kertas Kirby-Bauer. Dua senyawa murni baru berhasil
diisolasi dan diidentifikasi sebagai 30-hidroksi-3-epi-cipadonoid C (1) yang
merupakan limonoid tipe cipadonoid dan 30-dihidrokecapin D (2) yang
merupakan limonoid tipe trijugin. Kedua senyawa tersebut diuji aktivitas
antibakterinya terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 dan Salmonella typhi ATCC
14028. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada B. subtilis, senyawa 2
menghasilkan nilai zona hambat lebih besar daripada ekstrak biji S. koetjape
karena dimungkinkan senyawa 2 dalam ekstrak biji S. koetjape berperan dalam
aktivitas biologis sebagai antibakteri. Sementara itu, pada S. typhi, ekstrak biji S.
koetjape menghasilkan nilai zona hambat lebih besar daripada senyawa 1 dan 2
karena dimungkinkan terdapat senyawa lain dalam ekstrak biji S. koetjape selain
senyawa 1 dan 2 yang berperan dalam aktivitas biologis sebagai antibakteri.