digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tekanan darah merupakan salah satu informasi penting dari kondisi kesehatan tubuh. Saat ini telah banyak perkembangan pengukuran tekanan darah terutama dengan digital oscillometric. Namun standar pengukuran tekanan darah secara noninvasif masih menggunakan manual auskultasi. Oleh karena metode manual dapat menimbulkan beberapa implikasi pengukuran, maka beberapa penelitian mulai mengembangkan otomatis auskultasi. Dari beberapa penelitian tersebut, salah satu metode yang ringan dan mudah untuk digunakan seperti dengan parameter amplitudo masih belum menemukan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun dan meningkatkan metode deteksi suara Korotkoff I dan V dengan parameter amplitudo dan mengevaluasi alat ukur tekanan darah dengan metode yang diusulkan berdasarkan standar yang berlaku. Penelitian dilakukan pada 85 orang di STIKep (Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan) PPNI (Pemersatu Perawat Nasional Indonesia) Jawa Barat dengan jumlah data 260 sampel. Tahapan metode dengan parameter amplitudo yang digunakan adalah filterisasi sinyal suara dengan rentang frekuensi 28-171 Hz, filterisasi sinyal tekanan dengan rentang frekuensi 15-50 Hz untuk mendapatkan osilasi tekanan, filterisasi sinyal suara pada ambang batas amplitudo dengan nilai 1750 atau 2 × RMS (Root Mean Square), mencari sinyal Korotkoff dengan rentang ketukan pada minimum-maksimum atau rerata ± standar deviasi osilasi tekanan. Estimasi dari hasil metode dibandingkan dengan pengukuran secara manual oleh tenaga ahli sebagai referensi. Hasil perbandingan ini dievaluasi dengan standar AAMI/ANSI/ISO (American Association for the Advancement of Medical Instrumentation / American National Standards Institute / International Organization for Standardization) dan BHS (British Society of Hypertension) sebagai standar tingkat emas yang banyak digunakan untuk pengukuran tekanan darah secara non-invasif. Jumlah responden dan data percobaan yang dilakukan telah memenuhi syarat minimal yang ditetapkan oleh standar AAMI/ANSI/ISO dan BHS. Sedangkan data umur dan BMI tidak menunjukkan adanya resiko obesitas yang mempengaruhi nilai tekanan darah. Begitu pula dengan lingkar lengan atas masih dalam batas normal ii untuk penggunaan manset dewasa. Sedangkan laju deflasi berada di atas batas yang dianjurkan yaitu di atas 3 mmHg/s. Namun laju deflasi ini biasa digunakan oleh tenaga medis dalam mengukur di lapangan. Hasil estimasi menunjukkan bahwa ambang batas amplitudo dengan 2 × RMS cenderung lebih baik dibandingkan dengan ambang batas dengan 1750. Sedangkan ketukan Korotkoff pada rentang minimum-maksimum osilasi tekanan (0,5-0,9 detik) cenderung lebih baik dibandingkan dengan rerata ± standar deviasi osilasi tekanan (0,6-0,8 detik). Secara umum berdasarkan standar AAMI/ANSI/ISO dan BHS, metode 3 memiliki hasil terbaik dengan nilai kesalahan dan persentase di bawah 5, 10, dan 15 mmHg secara berturut-turut adalah 4,5 ± 5,7 mmHg, 73,5%, 90,0%, dan 95,0% untuk sistolik dan 4,3 ± 5,5 mmHg, 76,9%, 90,4%, dan 95,4% untuk diastolik. Hasil lain menunjukkan metode 3 pada tekanan diastolik berkorelasi antara nilai estimasi dan manual auskultasi. Selain itu, nilai R kuadrat pada regresi linear (antara estimasi dan referensi) pada metode 3 menunjukkan nilai 0,726 untuk sistolik dan 0,766 untuk diastolik. Secara umum, keempat metode tidak memiliki kemiripan yang berarti. Namun apabila dilihat lebih dalam, metode 1 dan 2 memiliki kemiripan yang signifikan, sama seperti metode 3 dan 4 yang memiliki kemiripan. Hal ini dikarenakan metode 3 dan 4 masih memenuhi persyaratan standar sedangkan metode 1 dan 2 tidak memenuhi.