digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ajeng Handayani Utami
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Ajeng Handayani Utami
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Ajeng Handayani Utami
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Ajeng Handayani Utami
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Ajeng Handayani Utami
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Ajeng Handayani Utami
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Ajeng Handayani Utami
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA Ajeng Handayani Utami
PUBLIC Yoninur Almira

Ketersediaan ruang terbuka hijau dan pilihan moda berjalan kaki masyarakat merupakan salah satu indikator dari keberlanjutan kota. Aksesibilitas ruang merupakan kondisi dari jalur sirkulasi pergerakan masyarakat untuk menjangkau ruang tujuan perjalanan. Aksesibilitas ruang terbuka hijau diklaim dapat mengubah keputusan masyarakat untuk memilih moda berjalan kaki. Fenomena tersebut akan ditinjau melalui penelitian dengan studi kasus Kota Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor yang mempengaruhi keputusan berjalan kaki masyarakat dan aksesiblitas ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung dalam mendorong kemauan berjalan kaki masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam analisis untuk menjawab pertanyaan penelitian. Metode penelitian yang digunakan terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan objek analisis. Terdapat tiga kelompok objek analisis yang memuat variabel-variabel pengukuran yaitu kondisi lingkungan, sosiodemografi, dan persepsi individu. Pertama, metode perhitungan conncetivity,integrity, dan intelligibility. Metode perhitungan pertama akan digunakan untuk mengetahui kemudakan aksesibilitas ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung secara kuantitatif. Kedua, menggunakan pehitungan chi-square test dan regresi logistik. Metode kedua bertujuan untuk mengindentifikasi faktorfaktor yang diduga memiliki pengaruh dalam kemauan berjalan kaki masyarakat. Secara lanjut metode kedua dilakukan untuk menemukan faktor dominan yang mempengaruhi kemauan berjalan kaki masyarakat. Ketiga, menggunakan regresi linear berganda. Hasil analisis kemudian akan dikelompokkan berdasarkan hasil observasi berupa pendapat masyarakat mengenai kebutuhannya untuk menunjang pilihan moda berjalan kaki. Hasil penelitian terbagi menjadi tiga inti pembahasan yaitu kemudahan aksesibilitas ruang terbuka hijau, kemauan berjalan kaki masyarakat, dan hubungan aksesibilitas ruang terbuka hijau dengan kondisi lingkungan. Aksesibilitas ruang terbuka hijau termasuk dalam pembahasan kondisi lingkungan. Hasil perihitungan menunjukkan bahwa ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung memiliki kemudahan iv aksesibilitas yang tinggi. Artinya, ruang terbuka hijau tergolong ruang yang mudah diakses oleh masyarakat. Namun, kemudahan aksesibilitas ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung tidak memiliki pengaruh untuk mendorong masyarakat dalam keputusan memilih berjalan kaki. Perhitunga aksesibilitas menghasilkan nilai integrity dan connectivity untuk skala lokal. Nilai integritu tertinggi dimiliki oleh Pedestrian Kemiling yaitu 1,62. Hal ini menunjukkan bahwa Pedestrian Kemiling mudah untuk dijangkau salam skala lokal secara langsung maupun tidak langung. Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa aksesibilitas ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung tidak mempengaruhi kemauan berjalan kaki masyarakat. Hal ini dikarenakan kondisi ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung belum dapat dikatakan layak untuk menunjang aktivitas pejalan kaki, terutama pedestrian jalan. Pedestrian jalan yang tercatat dalam kondisi layak adalah 4,5% dari seluruh panjang pedestrian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor persepsi individu menjadi faktor paling banyak mempengaruhi kemauan berjalan kaki masyarakat. Terdapat lima variabel berpengaruh didalam faktor persepsi individu yaitu kesenangan berjalan kaki ke sekolah/bekerja, berkendara terlalu cepat, waktu tempuh, daya tarik ruang terbuka hijau, dan nilai penting ruang terbuka hijau. Sedangkan faktor sosiodemografi menunjukkan terdapat empat variabel berpengaruh yaitu kondisi disabilitas, pendidikan, kepemilikan kendaraan, dan status pekerjaan. Faktor kondisi lingkungan terbangun yang berpengaruh secara bersamaan yaitu penggunaan lahan dan tindak kriminalitas. Hal observasi mencatat sebesar 77% masyarakat Kota Bandar Lampung memiliki minat pada moda berjalan kaki jika terdapat peningkatan kualitas infrastruktur dan fasilitasnya.