Ketersediaan ruang terbuka hijau dan pilihan moda berjalan kaki masyarakat
merupakan salah satu indikator dari keberlanjutan kota. Aksesibilitas ruang
merupakan kondisi dari jalur sirkulasi pergerakan masyarakat untuk menjangkau
ruang tujuan perjalanan. Aksesibilitas ruang terbuka hijau diklaim dapat mengubah
keputusan masyarakat untuk memilih moda berjalan kaki. Fenomena tersebut akan
ditinjau melalui penelitian dengan studi kasus Kota Bandar Lampung. Penelitian ini
bertujuan untuk mengeksplorasi faktor yang mempengaruhi keputusan berjalan
kaki masyarakat dan aksesiblitas ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung
dalam mendorong kemauan berjalan kaki masyarakat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam analisis
untuk menjawab pertanyaan penelitian. Metode penelitian yang digunakan terbagi
menjadi tiga bagian berdasarkan objek analisis. Terdapat tiga kelompok objek
analisis yang memuat variabel-variabel pengukuran yaitu kondisi lingkungan,
sosiodemografi, dan persepsi individu. Pertama, metode perhitungan
conncetivity,integrity, dan intelligibility. Metode perhitungan pertama akan
digunakan untuk mengetahui kemudakan aksesibilitas ruang terbuka hijau di Kota
Bandar Lampung secara kuantitatif. Kedua, menggunakan pehitungan chi-square
test dan regresi logistik. Metode kedua bertujuan untuk mengindentifikasi faktorfaktor
yang diduga memiliki pengaruh dalam kemauan berjalan kaki masyarakat.
Secara lanjut metode kedua dilakukan untuk menemukan faktor dominan yang
mempengaruhi kemauan berjalan kaki masyarakat. Ketiga, menggunakan regresi
linear berganda. Hasil analisis kemudian akan dikelompokkan berdasarkan hasil
observasi berupa pendapat masyarakat mengenai kebutuhannya untuk menunjang
pilihan moda berjalan kaki.
Hasil penelitian terbagi menjadi tiga inti pembahasan yaitu kemudahan aksesibilitas
ruang terbuka hijau, kemauan berjalan kaki masyarakat, dan hubungan aksesibilitas
ruang terbuka hijau dengan kondisi lingkungan. Aksesibilitas ruang terbuka hijau
termasuk dalam pembahasan kondisi lingkungan. Hasil perihitungan menunjukkan
bahwa ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung memiliki kemudahan
iv
aksesibilitas yang tinggi. Artinya, ruang terbuka hijau tergolong ruang yang mudah
diakses oleh masyarakat. Namun, kemudahan aksesibilitas ruang terbuka hijau di
Kota Bandar Lampung tidak memiliki pengaruh untuk mendorong masyarakat
dalam keputusan memilih berjalan kaki. Perhitunga aksesibilitas menghasilkan
nilai integrity dan connectivity untuk skala lokal. Nilai integritu tertinggi dimiliki
oleh Pedestrian Kemiling yaitu 1,62. Hal ini menunjukkan bahwa Pedestrian
Kemiling mudah untuk dijangkau salam skala lokal secara langsung maupun tidak
langung.
Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa aksesibilitas ruang terbuka hijau di
Kota Bandar Lampung tidak mempengaruhi kemauan berjalan kaki masyarakat.
Hal ini dikarenakan kondisi ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung belum
dapat dikatakan layak untuk menunjang aktivitas pejalan kaki, terutama pedestrian
jalan. Pedestrian jalan yang tercatat dalam kondisi layak adalah 4,5% dari seluruh
panjang pedestrian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor persepsi individu
menjadi faktor paling banyak mempengaruhi kemauan berjalan kaki masyarakat.
Terdapat lima variabel berpengaruh didalam faktor persepsi individu yaitu
kesenangan berjalan kaki ke sekolah/bekerja, berkendara terlalu cepat, waktu
tempuh, daya tarik ruang terbuka hijau, dan nilai penting ruang terbuka hijau.
Sedangkan faktor sosiodemografi menunjukkan terdapat empat variabel
berpengaruh yaitu kondisi disabilitas, pendidikan, kepemilikan kendaraan, dan
status pekerjaan. Faktor kondisi lingkungan terbangun yang berpengaruh secara
bersamaan yaitu penggunaan lahan dan tindak kriminalitas. Hal observasi mencatat
sebesar 77% masyarakat Kota Bandar Lampung memiliki minat pada moda
berjalan kaki jika terdapat peningkatan kualitas infrastruktur dan fasilitasnya.