ABSTRAK Farras Rayhan
PUBLIC Yoninur Almira BAB 1 Farras Rayhan
PUBLIC Yoninur Almira BAB 2 Farras Rayhan
PUBLIC Yoninur Almira BAB 3 Farras Rayhan
PUBLIC Yoninur Almira BAB 4 Farras Rayhan
PUBLIC Yoninur Almira BAB 5 Farras Rayhan
PUBLIC Yoninur Almira BAB 6 Farras Rayhan
PUBLIC Yoninur Almira PUSTAKA Farras Rayhan
PUBLIC Yoninur Almira
LAMPIRAN Farras Rayhan
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Resiliensi wilayah merupakan komponen penting dalam melihat sosialekonomi pada suatu wilayah terhadap gangguan yang terjadi dari dalam maupun
luar. Resiliensi mengacu pada perubahan, adaptasi, dan transformasi sebagai bentuk
menanggapi guncangan/ tekanan pada suatu sistem. Studi penelitian mengenai
resiliensi ini dilakukan pada wilayah yang mengalami proses transisi kota-desa,
yakni Desa Mekarwangi, Kecamatan Lembang yang erat kaitannya dengan
transformasi pada struktur wilayah yang diindikasikan oleh alih fungsi lahan yang
tinggi. Pada resiliensi transformasi mengedepankan potensi dan peluang yang
dimiliki oleh sistem untuk dapat akselerasi membentuk sistem baru. Penelitian ini
dibangun melalui konsep socio ecological resilience (SER) yang meliputi konsep
sistem panarki, socio ecological production landscape (SEPL), dan adaptive comanagement. Hasil analisis menunjukkan bahwa fase proses transformasi
dipengaruhi oleh faktor eksternal yang melibatkan berbagai aktor (upper level) dan
faktor internal sistem sosial didalamnya (lower level). Guna melihat resiliensi
wilayah kondisi saat ini, dalam melihat histori keberjalanan waktu menjadi titik
perhatian untuk mengetahui kapasitas resilien yang terbentuk. Kapasitas resilien
pada setiap periode waktu menjadi dasar dalam merespon guncangan/ tekanan guna
mencapai kondisi resilien. Kapasitas resilien wilayah yang terbentuk melalui fase
transformasi juga dilihat implikasinya terhadap kondisi saat ini dengan pendekatan
SEPL dan kapasitas adaptif. SEPL menekankan pada kapasitas resiliensi dibidang
pertanian, sedangkan kapasitas adaptif melihat resilien secara menyeluruh.
Kapasitas resiliensi menunjukkan bahwa pada komponen SEPL yang perlu
ditingkatkan adalah komponen “perlindungan ekosistem dan pemeliharaan
keanekaragaman hayati”, sedangkan pada komponen kapasitas adaptif adalah
ekonomi dan sumber daya alam. Dalam menanggapi kondisi resilien yang belum
tercapai di wilayah studi khususnya untuk pengembangan resiliensi wilayah transisi
kota-desa, dirumuskan strategi/ rekomendasi dengan pendekatan adaptive comanagement yang menekankan pada jaringan aktor antar lintas skala guna
membangun resilien wilayah.