digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Farras Rayhan
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Farras Rayhan
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Farras Rayhan
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Farras Rayhan
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Farras Rayhan
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Farras Rayhan
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Farras Rayhan
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA Farras Rayhan
PUBLIC Yoninur Almira

LAMPIRAN Farras Rayhan
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Resiliensi wilayah merupakan komponen penting dalam melihat sosialekonomi pada suatu wilayah terhadap gangguan yang terjadi dari dalam maupun luar. Resiliensi mengacu pada perubahan, adaptasi, dan transformasi sebagai bentuk menanggapi guncangan/ tekanan pada suatu sistem. Studi penelitian mengenai resiliensi ini dilakukan pada wilayah yang mengalami proses transisi kota-desa, yakni Desa Mekarwangi, Kecamatan Lembang yang erat kaitannya dengan transformasi pada struktur wilayah yang diindikasikan oleh alih fungsi lahan yang tinggi. Pada resiliensi transformasi mengedepankan potensi dan peluang yang dimiliki oleh sistem untuk dapat akselerasi membentuk sistem baru. Penelitian ini dibangun melalui konsep socio ecological resilience (SER) yang meliputi konsep sistem panarki, socio ecological production landscape (SEPL), dan adaptive comanagement. Hasil analisis menunjukkan bahwa fase proses transformasi dipengaruhi oleh faktor eksternal yang melibatkan berbagai aktor (upper level) dan faktor internal sistem sosial didalamnya (lower level). Guna melihat resiliensi wilayah kondisi saat ini, dalam melihat histori keberjalanan waktu menjadi titik perhatian untuk mengetahui kapasitas resilien yang terbentuk. Kapasitas resilien pada setiap periode waktu menjadi dasar dalam merespon guncangan/ tekanan guna mencapai kondisi resilien. Kapasitas resilien wilayah yang terbentuk melalui fase transformasi juga dilihat implikasinya terhadap kondisi saat ini dengan pendekatan SEPL dan kapasitas adaptif. SEPL menekankan pada kapasitas resiliensi dibidang pertanian, sedangkan kapasitas adaptif melihat resilien secara menyeluruh. Kapasitas resiliensi menunjukkan bahwa pada komponen SEPL yang perlu ditingkatkan adalah komponen “perlindungan ekosistem dan pemeliharaan keanekaragaman hayati”, sedangkan pada komponen kapasitas adaptif adalah ekonomi dan sumber daya alam. Dalam menanggapi kondisi resilien yang belum tercapai di wilayah studi khususnya untuk pengembangan resiliensi wilayah transisi kota-desa, dirumuskan strategi/ rekomendasi dengan pendekatan adaptive comanagement yang menekankan pada jaringan aktor antar lintas skala guna membangun resilien wilayah.