digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Agung Dwi Apriyandi
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Agung Dwi Apriyandi
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Agung Dwi Apriyandi
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Agung Dwi Apriyandi
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Agung Dwi Apriyandi
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Agung Dwi Apriyandi
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Agung Dwi Apriyandi
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA Agung Dwi Apriyandi
PUBLIC Yoninur Almira

Meningkatnya daya tarik perkotaan dengan segala keunggulan serta kemudahan yang dimiliki menjadi pemicu peningkatan tingkat urbanisasi. Urbanisasi menyebabkan dinamika perkotaan menjadi begitu signifikan terlebih lagi jika kita melihat keterbatasan yang dimiliki kota. Hal ini memicu stigma jika segala permasalahan di perkotaan seakan-akan tidak dapat terselesaikan. Kondisi ini, membuat banyak para pakar atau ahli mengeluarkan konsep pengembangan kota untuk dapat menyelesaikan permasalahan kota dimana salah satunya adalah smart city. Banyak kota baik di Indonesia maupun di luar negeri telah berhasil menerapkan konsep smart city dalam mengentaskan permasalahan perkotaan. Indonesia mulai menggencarkan konsep smart city sejak tahun 2017, melalui program “Gerakan Menuju 100 Smart City” dimana terdapat beberapa Kabupaten / Kota terpilih didampingi dalam menerapkan konsep smart city. Kota Bekasi termasuk salah satu kota yang terpilih untuk mengikuti program tersebut. Berdasarkan penelitian Widodo & Permatasari (2020) penerapan program smart city di Kota Bekasi masih memiliki kendala. Smart city bukan hanya penggunaan teknologi semata, tetapi juga menekankan pemanfaatan kapasitas dan kearifan lokal. Penerapan kearifan lokal dapat dilakukan melalui Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Sektor UMKM memiliki peran yang kuat dan penting dalam perekonomian kota. Terlebih lagi, Kota Bekasi memiliki potensi UMKM yang sangat besar. Karena itu, penelitian ini mengkaji terkait kesiapan dan strategi pengembangan UMKM dalam implementasi program Bekasi Smart City pada dimensi smart economy. Penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis yang didasarkan berdasarkan sasaran penelitian. Pertama, metode analisis deskriptif yang digunakan dalam penyusunan kerangka kerja smart economy. Kedua, analisis skoring yang digunakan dalam menganalisa tingkat kesiapan UMKM. Ketiga, analisis SWOT yang digunakan dalam perumusan strategi pengembangan smart economy. Dari hasil analisis Kota Bekasi memiliki tingkat kesiapan yang cukup baik, dan termasuk dalam level integrated. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kota Bekasi ‘siap bersayarat’ dalam menerapkan smart economy. Berdasarkan analisis SWOT terdapat 12 rumusan strategi pengembangan smart economy.