ABSTRAK Ega Varian Okta
PUBLIC Yoninur Almira BAB 1 Ega Varian Okta
PUBLIC Yoninur Almira BAB 2 Ega Varian Okta
PUBLIC Yoninur Almira BAB 3 Ega Varian Okta
PUBLIC Yoninur Almira BAB 4 Ega Varian Okta
PUBLIC Yoninur Almira BAB 5 Ega Varian Okta
PUBLIC Yoninur Almira BAB 6 Ega Varian Okta
PUBLIC Yoninur Almira PUSTAKA Ega Varian Okta
PUBLIC Yoninur Almira
Kota Jakarta berperan sebagai pusat pemerintahan sekaligus pusat bisnis negara
sehingga turut mengalami pertumbuhan yang cepat selama beberapa dekade
terakhir. Beberapa masalah mulai timbul akibat ketidakmampuan kota dalam
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, di antaranya adalah timbulnya fenomena
urban sprawl dan overpopulation. Salah satu upaya pemerintah dalam
menyelesaikan masalah ini adalah dengan merencanakan beberapa kawasan dalam
kota menggunakan prinsip Kawasan Berorientasi Transit (TOD), sesuai ketetapan
yang tertuang dalam Pergub no. 15 tahun 2020. Konsep TOD yang menjadi dasar
perencanaan beberapa kawasan dan sudah diinvestasikan dalam jumlah besar ini
kemudian harus berhenti sementara karena situasi Pandemi COVID-19. Beberapa
variabel dalam konsep TOD memiliki indikator yang berlawanan dengan variabel
post-pandemic city, seperti indikator kepadatan kawasan, penggunaan ruang privat,
dan penggunaan transportasi umum berkapasitas tinggi, sehingga perlu diketahui
relevansi penerapannya di Kota Jakarta untuk melihat perubahan arah
pembangunan saat ini. Penelitian ini dilakukan pada Kawasan TOD Lebak Bulus,
menggunakan metode skoring indeks dan pemetaan untuk menilai ketercapaian 8
prinsip TOD Index dan penerapan 61 indikator kota pascapandemi. Penilaian metrik
TOD di kawasan studi masih belum mencapai standar TOD Index, dengan capaian
hanya 40%, sedangkan hasil penilaian indikator kota pascapandemi menunjukkan
capaian sebesar 62,6%, menunjukkan KBT Lebak Bulus yang sudah memiliki
muatan kota pascapandemi. Adapun hasil penyilangan metrik TOD terhadap
indikator pascapandemi menunjukkan bahwa metrik TOD memiliki relevansi tinggi
terhadap indikator kota pascapandemi, namun hanya 33,29% indikator kota
pascapandemi yang terakomodasi dalam prinsip TOD yang diterapkan di KBT
Lebak Bulus. Relevansi ini menunjukkan bahwa prinsip pengembangan kawasan
eksisting sudah relevan dengan arah pembangunan kota pascapandemi, namun
masih memiliki beberapa komponen yang belum terakomodasi di dalamnya.