digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ega Varian Okta
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Ega Varian Okta
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Ega Varian Okta
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Ega Varian Okta
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Ega Varian Okta
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Ega Varian Okta
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Ega Varian Okta
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA Ega Varian Okta
PUBLIC Yoninur Almira

Kota Jakarta berperan sebagai pusat pemerintahan sekaligus pusat bisnis negara sehingga turut mengalami pertumbuhan yang cepat selama beberapa dekade terakhir. Beberapa masalah mulai timbul akibat ketidakmampuan kota dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, di antaranya adalah timbulnya fenomena urban sprawl dan overpopulation. Salah satu upaya pemerintah dalam menyelesaikan masalah ini adalah dengan merencanakan beberapa kawasan dalam kota menggunakan prinsip Kawasan Berorientasi Transit (TOD), sesuai ketetapan yang tertuang dalam Pergub no. 15 tahun 2020. Konsep TOD yang menjadi dasar perencanaan beberapa kawasan dan sudah diinvestasikan dalam jumlah besar ini kemudian harus berhenti sementara karena situasi Pandemi COVID-19. Beberapa variabel dalam konsep TOD memiliki indikator yang berlawanan dengan variabel post-pandemic city, seperti indikator kepadatan kawasan, penggunaan ruang privat, dan penggunaan transportasi umum berkapasitas tinggi, sehingga perlu diketahui relevansi penerapannya di Kota Jakarta untuk melihat perubahan arah pembangunan saat ini. Penelitian ini dilakukan pada Kawasan TOD Lebak Bulus, menggunakan metode skoring indeks dan pemetaan untuk menilai ketercapaian 8 prinsip TOD Index dan penerapan 61 indikator kota pascapandemi. Penilaian metrik TOD di kawasan studi masih belum mencapai standar TOD Index, dengan capaian hanya 40%, sedangkan hasil penilaian indikator kota pascapandemi menunjukkan capaian sebesar 62,6%, menunjukkan KBT Lebak Bulus yang sudah memiliki muatan kota pascapandemi. Adapun hasil penyilangan metrik TOD terhadap indikator pascapandemi menunjukkan bahwa metrik TOD memiliki relevansi tinggi terhadap indikator kota pascapandemi, namun hanya 33,29% indikator kota pascapandemi yang terakomodasi dalam prinsip TOD yang diterapkan di KBT Lebak Bulus. Relevansi ini menunjukkan bahwa prinsip pengembangan kawasan eksisting sudah relevan dengan arah pembangunan kota pascapandemi, namun masih memiliki beberapa komponen yang belum terakomodasi di dalamnya.