digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Sonia Khoerunnisa
PUBLIC Irwan Sofiyan

DKI Jakarta selalu termasuk kedalam urutan kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Kualitas udara ditentukan oleh nilai indeks yang dilaporkan berkaitan dengan konsentrasi particulate matter (PM) baik PM2,5 maupun PM10. Studi mengenai kelimpahan bakteri dan konsentrasi endotoksin pada udara kota Jakarta menjadi sangat penting, namun belum banyak dilakukan. Udara dengan konsentrasi bioaerosol tinggi, yang mengandung bakteri, virus, jamur, dan allergen yang berdampak buruk terhadap kesehatan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kelimpahan dan diversitas bakteri, konsentrasi endotoksin, faktor fisika dan sebarannya di udara. Pengambilan sampel udara dilakukan saat awal musim hujan pada dua titik lokasi di gerbang Toll Cibubur-1 dan Monumen Nasional pada siang dan malam hari. Parameter fisika seperti suhu, kelembapan, equilibrium moisture curve (EMC), heat index¸ arah angin, dan kecepatan angin diukur menggunakan automatic weather station (AWS). Kelimpahan dan keragaman bakteri diamati dengan metode total plate count melalui pendekatan culture dependent. Pengambilan sampel udara dilakukan selama 4 jam pada siang dan malam hari, dengan volume akhir 1,74 CFM. Bakteri yang diperoleh selanjutnya dikulturkan menggunakan media nutrient agar (NA), tryptic soy agar (TSA), dan luria bertani (LB). Pengukuran endotoksin dilakukan menggunakan kit thermo scientific pierce LAL chromogenic endotoxin quantitation. Analisis data menggunakan metoda principal component analysis (PCA) memungkinkan identifikasi faktor mikroklimat sampel dengan ketelitian 95%. Selanjutnya analisis korelasi menggunakan metode Pearson Correlation. Kelimpahan bakteri hasil kultur sampel udara Cibubur sebesar 3,69 ×107 pada siang hari dan 1,12 ×107 pada malam hari; sedangkan sampel udara Monumen Nasional Jakarta pada siang hari sebesar 3,56 ×107 serta pada malam hari sebesar 3,43 ×107. Keragaman bakteri pada sampel udara Cibubur tergolong kelompok diversitas moderat (H’: 1,26; 1,45) dengan sebaran isolat merata (>0,75), sedangkan sampel udara Monumen Nasional tergolong kelompok diversitas rendah (H’: 0,45; 1,06) dengan sebaran kemerataan lebih rendah (<0,75). Konsentrasi endotoksin tertinggi ditemukan pada sampel Cibubur malam hari sebesar 36.5 EU/m3 sedangkan konsentrasi pada sampel lain kurang dari 30 EU/m3. Kelimpahan mikroba udara dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan sedangkan konsentrasi endotoksin sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembapan, dan arah angin. Sebaran mikroba dapat ditinjau dari arah hembusan dan kecepatan angin. Pada siang hari, mikroba udara di sekitar Monumen Nasional (1,9 m/s) dan Cibubur (0,2 m/s) tersebar kearah selatan Jakarta, mengikuti arah angin. Walaupun kecepatan angin di Monumen Nasional terbilang jauh lebih besar, area dikelilingi oleh pepohonan dan bangunan tinggi, sehingga persebaran mikroba akan lebih lambat karena terjadi turbulensi udara sekitar monas. Pada malam hari, angin dari Monumen Nasional bertiup kearah barat daya (0,4 m/s) dan selatan barat daya (0,6 m/s), mempengaruhi pergerakan angin Cibubur, sedangkan arah angin Cibubur berhembus ke kota Depok. Pada saat pengambilan sampel di Cibubur malam hari terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim diakibatkan oleh turunnya hujan sehingga mikroba viabel pada udara menjadi rendah. Penelitian ini membuktikan bahwa parameter lingkungan sangat berpengaruh terhadap kelimpahan, keragaman dan sebaran bakteri udara DKI Jakarta.