Kenyamanan menjadi salah satu aspek yang sangat mempengaruhi penggunaan
ruang terbuka publik. Di ruang terbuka publik, manusia terpapar oleh stimulus
multisensori, sehingga persepsi nyaman pun dipengaruhi oleh beragam stimulus
yang diterima. Aspek fisis aural, termal, dan visual merupakan stimulus utama yang
umum ditemukan di lingkungan binaan. Namun, interaksi antara ketiga aspek
tersebut secara simultan dan bagaimana hal itu mempengaruhi kenyamanan secara
keseluruhan, terutama untuk kondisi di ruang terbuka publik di Indonesia belum
diketahui sepenuhnya. Penelitian ini menggunakan metode Structural Equation
Modelling (SEM) untuk memodelkan interaksi antara aspek aural, termal, dan
visual di ruang terbuka publik di Kota Bandung dengan mengamati variabel fisis
lingkungan dan persepsi dari pengguna ruang. Penelitian dilakukan dengan
eksperimen lapangan dan laboratorium mengunakan lingkungan virtual. Uji
validitas ekologis, validitas internal, dan validitas konstruk menunjukkan bahwa
untuk kondisi lingkungan yang sama, lingkungan virtual mampu menghasilkan
persepsi yang sama dengan lingkungan riil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat faktor yang menjelaskan
persepsi multisensori di ruang terbuka publik, meliputi Kenyamanan, Kualitas
Visual, Persepsi Aural, dan Persepsi Termal. Model SEM menunjukkan beberapa
faktor yang mempengaruhi kenyamanan di ruang terbuka publik Kota Bandung
antara lain peneduh, iklim mikro, angin, dan kebisingan. Hubungan multisensori
juga tampak pada model SEM yaitu antara aspek aural-visual dan visual-termal.
Perubahan pada aspek termal memberikan efek perubahan yang paling besar
terhadap kenyamanan diikuti dengan aspek aural dan visual. Nilai Kenyamanan
optimum di ruang terbuka publik dapat dipengaruhi oleh kondisi variabel-variabel
objektif sebagai berikut: SVF maksimum 50%, Tree coverage 45-55% dapat
meningkatkan kenyamanan, temperatur udara maksimum 300C dengan rentang
nilai RH pada 65-70%, ada Angin, L90 maksimum 60 dBA.