digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Zaki Fauzan Azzaino
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER-Zaki Fauzan Azzaino.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB I-Zaki Fauzan Azzaino.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB II-Zaki Fauzan Azzaino.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB III-Zaki Fauzan Azzaino.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB IV-Zaki Fauzan Azzaino.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB V-Zaki Fauzan Azzaino.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Zaki Fauzan Azzaino
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN-Zaki Fauzan Azzaino.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Indonesia adalah negara pulau dengan luas laut sebesar 1.4 juta km2 sehingga Indonesia memiliki kekayaan sumber daya laut yang sangat banyak, pun pada laut lepas atau pesisir. Salah satu fenomena yang terjadi pada laut Indonesia adalah gelombang, dengan bentuk yang tidak beraturan dan memiliki tenaga energi potensi tinggi yaitu sebesar 17.9 GW (Kementerian ESDM, 2019). Hal tersebut juga memiliki potensi bahaya, terutama pada daerah pesisir, dimana gelombang laut dapat menyebabkan erosi pantai, atau dapat menghantam struktur pantai hingga merusak. Oleh karena itu, diperlukan pelindung pantai untuk mencegah dampak buruk tersebut. Perlindungan pantai alami seperti mangrove jauh lebih mudah diterapkan di wilayah pesisir secara ekonomi dan lingkungan. Namun, dalam pembuatan pelindung pantai mangrove, pohon yang masih muda rentan terhadap tenaga gelombang laut. Sehingga perlu dibuatkan perlindungan sementara supaya kemungkinan hutan bakau dapat berkembang dengan baik lebih besar. Solusi dari permasalahan ini adalah membangun sistem pelindung pantai alami yang terdiri dari mangrove dan struktur breakwater sementara yang terbuat dari tiang bambu karena bambu terbukti memiliki hasil yang baik untuk berbagai pengujian kekuatan seperti uji tarik, geser dan lentur (Krishna, 2020). Breakwater sementara tiang bambu ini diusulkan untuk digunakan pula sebagai media budidaya kerang hijau (Perna viridis) yang diharapkan menjadi sumber produksi makanan serta membantu meredam transmisi gelombang sehingga sistem pelindung pantai alami lebih efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengkuantifikasi pengurangan tinggi gelombang menggunakan berbagai konfigurasi tiang bambu dan variasi jarak antara mangrove dan tiang bambu menggunakan pemodelan fisik. Percobaan laboratorium dilakukan di saluran 2D wave flume menggunakan model fisik mangrove sebagai pelindung alami utama dan tiang bambu dengan kerang hijau sebagai struktur breakwater sementara. Berbagai kondisi gelombang, termasuk gelombang ekstrim, dihasilkan selama uji laboratorium. Tugas Akhir ini berfokus pada hasil percobaan transmisi gelombang pada sistem pelindung pantai alami untuk menentukan konfigurasi breakwater tiang bambu dan kerang hijau yang paling efektif berdasarkan pengaruh kerang hijau pada efektivitas breakwater tiang bambu dan kerang hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengurangan tinggi gelombang di daerah dengan breakwater tiang bambu dan kerang sekitar dua kali lebih besar dibandingkan dengan di lahan kosong. Berdasarkan percobaan model konfigurasi breakwater tiang bambu dan kerang hijau yang paling efektif adalah dengan menggunakan jarak antar kolom dan baris tiang sebesar 50 mm serta lebar breakwater sebesar 800 mm. Konfigurasi breakwater tersebut menghasilkan pengurangan tinggi gelombang sebesar 19% tanpa kerang hijau serta 27% dengan kerang hijau, sehingga kerang hijau meningkatkan pengurangan tinggi gelombang sebanyak 8%.