Transformasi perdesaan dapat didorong dengan diversifikasi yang dapat
mengubah aktivitas manusia. Upaya diversifikasi dilakukan agar mencapai
penghidupan yang berkelanjutan. Pendekatan penghidupan berkelanjutan
berkembang menjadi resiliensi penghidupan pada rumah tangga untuk
meningkatkan pemahaman dan melindungi dari berbagai perubahan. Sementara
itu, pembangunan di Indonesia diarahkan pada digitalisasi untuk meningkatkan
kondisi sosial dan ekonomi. Akan tetapi, belum diketahui perubahan resiliensi
penghidupan setelah terjadi digitalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi perubahan resiliensi penghidupan rumah tangga setelah
terjadinya digitalisasi perdesaan, meliputi perubahan daya sangga, organisasi
diri, dan kapasitas pembelajaran. Pendekatan yang digunakan dengan multiple
case study ini mengambil studi di Desa Tamansari dan Desa Melung yang
dikomparasikan perubahan yang dihasilkan agar mendapat kesimpulan lebih
umum. Data pada penelitian dikumpulkan melalui data primer dengan kuesioner
serta data sekunder. Dengan metode penelitian kuantitatif, data diolah
menggunakan analisis deskriptif, inferensial dan asosiasi. Penelitian ini
memberikan kesimpulan bahwa setelah adanya program digitalisasi telah
menunjukkan adanya perubahan resiliensi penghidupan pada rumah tangga.
Program digitalisasi yang didorong oleh pemerintah, seperti yang tergambar pada
Desa Tamansari, menunjukkan peningkatan resiliensi penghidupan yang signifikan
terhadap rumah tangga. Sedangkan itu, program digitalisasi yang didorong
masyarakat sekitar, seperti yang tergambar pada Desa Melung, tidak sepenuhnya
memberi peningkatan resiliensi penghidupan. Pada kedua karakteristik perdesaan
juga menunjukkan penggunaan perangkat digital yang dimiliki rumah tangga
menghasilkan perubahan yang lebih berarti. Hasil dari penelitian ini yaitu perlu
dorongan dari seluruh pihak dalam meningkatkan resiliensi penghidupan bagi
rumah tangga.