Berbagai mikrofungi tropis dapat dimanfaatkan sebagai bio-ingerdient untuk pakan
fungsional karena memiliki kandungan nutrisi dan senyawa bioaktif yang tinggi.
Untuk itu, penelitian ini bertujuan menganalisis profil nutrisi lengkap dari isolat
mikrofungi tropika dan membuktikan efeknya terhadap kesintasan, performa
pertumbuhan, dinamika bakteri, dan mortalitas terhadap vibriosis sindrom pada
udang putih (Litopenaeus vannamei). [1] Hasil studi lapangan diperoleh 40 isolat
mikrofungi dari empat sungai tropis Indonesia; melalui analisis gen internal
transcribed spacers (ITS) teridentifikasi 17 isolat dengan tujuh isolat memiliki
pertumbuhan miselium tertinggi berturut-turut, yaitu Trichoderma harzianum,
Macrophoma theicola, Mucor circinelloides, Trichoderma lentiforme, Fusarium
oxysporum, Trichoderma hamatum, dan Lasiodiplodia theobromae (p > 0,05).
Kandungan protein tertinggi terdapat pada M. circinelloides (45,58 %), F.
oxysporum (41,34 %), M. theicola (37,62 %), T. hamatum (37,54 %), T. hamatum
(35,94 %), T. lentiforme (34,82 %), dan L. theobromae (31,56 %). Kandungan asam
amino berkisar antara 11,023–18,881 gr/100 gr dengan nilai tertinggi terdapat pada
F. oxysporum (18,881 gr/100 gr), T. lentiforme (16,365 gr/100 gr), M. circinelloides
(16,027 gr/100 gr), M. theicola (14,867 gr/100 gr), L. theobromae (12,856 gr/100
gr), T. harzianum (11,486 gr/100 gr), dan T. hamatum (11,023 gr/100 gr).
Kandungan asam lemak berkisar antara 1,094–5,253 % dengan kandungan SAFA
tertinggi pada L. theobromae (1,41 %), MUFA pada T. lentiforme (1,97 %), dan
PUFA pada L. theobromae (1,97 %). Kandungan beta-glukan berkisar antara
0,170–0,280 gr/berat kering dengan kandungan tertinggi pada M. circinelloides
(0,280 gr), T. lentiforme (0,277 gr), T. hamatum (0,270 gr), L. theobromae (0,260
gr), T. harzianum (0,207 gr), M. theicola (0,173 gr), dan F. oxysporum (0,170 gr).
Persentase kandungan nutrisi penting untuk pertumbuhan optimal udang putih
tertinggi berturut-turut diperoleh pada M. circinelloides (66,76 %), F. oxysporum
(66,46 %), T. hamatum (61,44 %), L. theobromae (57,92 %), M. theicola (57,54
%), T. lentiforme (55,38 %), dan T. harzianum (54,20 %). [2] Hasil uji suplementasi
dua tepung mikrofungi (M. circinelloides dan T. harzianum) kedalam pakan buatan
udang pada tahap larva menunjukkan tingkat kesintasan dan performa pertumbuhan
udang putih meningkat dibandingkan pakan kontrol setelah 14 hari percobaan.
Tingkat kesintasan dan performa pertumbuhan tertinggi, meliputi berat tubuh akhir,
laju pertambahan berat tubuh, laju pertumbuhan spesifik, dan rasio konversi
pakan/FCR terdapat pada perlakuan suplementasi pakan tepung T. harzianum, diikuti M. circinelloides dan pakan kombinasi (M. circinelloides+T. harzianum).
Menariknya, perlakuan dengan suplementasi pakan tepung T. harzianum sebanyak
1,5 % (T-2) dapat meningkatkan berat akhir (0,022 gr), laju berat tubuh (84,04%),
laju pertumbuhan spesifik (14,06 % per hari), dan menaikkan rasio konversi pakan
(0,49) secara signifikan (p < 0,05) dibandingkan pakan kontrol. Selama percobaan,
dijumpai sebanyak 19 isolat bakteri culturable dalam air kultur dengan 10 isolat
diantaranya dominan. Bakteri dominan pada perlakuan suplementasi pakan tepung
M. circinelloides adalah S. salarius dan R. seohaensis, sedangkan pakan T.
harzianum dan pakan kombinasi adalah G. polyisoprenivorans dan C. atlanticus.
Berdasarkan hasil uji tantang dengan bakteri Vibrio harveyi menunjukkan
mortalitas kumulatif larva udang putih tidak berbeda signifikan (p > 0,05)
dibandingkan kontrol, namun mortalitas terendah diperoleh pada perlakuan pakan
kombinasi sebesar 49,17 %. [3] Hasil suplementasi kedua tepung mikrofungi
tersebut pada tahap pembesaran menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap
kesintasan dan performa pertumbuhan udang putih dibandingkan pakan kontrol
setelah 62 hari pembesaran. Perlakuan dengan suplementasi pakan tepung M.
circinelloides sebanyak 1,5 % (M-2) dapat meningkatkan kesintasan mencapai
81,33 % dan performa pertumbuhan udang putih, terutama berat tubuh akhir (5,21
gr) dan biomassa udang (211,35 gr). Disisi lain perlakuan dengan suplementasi
pakan tepung T. harzianum sebanyak 1,5 % (T-2) tidak meningkatkan kesintasan
dan performa pertumbuhan udang putih dibandingkan pakan kontrol. Selama proses
pembesaran dijumpai sebanyak 20 isolat bakteri culturable dalam air kultur dengan
bakteri dominan pada perlakuan M-2: Bacillus cereus, B. velezensis, dan G.
polyisoprenivorans, perlakuan T-2: Acinetobacter sp., G. polyisoprenivorans, dan
M. luteus, dan kontrol: S. dendranthemae, M. luteus, dan B. velezensis. Kemudian
pada usus udang dijumpai 11 isolat bakteri culturable dengan bakteri dominan pada
perlakuan M-2: B. velezensis, M. luteus, B. cereus, perlakuan T-2: B. velezensis,
Micrococcus sp.2, D. activva, dan kontrol: M. luteus, M. lacticum, S. saprophyticus.
Perlakuan dengan suplementasi kedua tepung mikrofungi tersebut juga
meningkatkan kandungan protein dari biomassa udang putih dengan nilai tertinggi
pada perlakuan T-2 (80,40 %), diikuti oleh M-2 (79,21 %) dan pakan kontrol (76,73
%). [4] Berdasarkan hasil tersebut di atas, disimpulkan bahwa pakan buatan yang
disuplementasi sebanyak 1,5 % tepung T. harzianum dapat meningkatkan performa
pertumbuhan larva udang putih (berat akhir, laju berat tubuh, laju pertumbuhan
spesifik, FCR) secara signifikan (p < 0,05). Kemudian suplementasi pakan tepung
M. circinelloides sebanyak 1,5 % dapat meningkatkan kesintasan dan performa
pertumbuhan udang putih pada fase pembesaran meskipun tidak signifikan, namun
dapat meningkatkan jumlah bakteri fungsional dalam air kultur dan usus udang
putih: B. velezensis, B. cereus dibandingkan pakan kontrol. Hal ini menunjukkan
bahwa pakan buatan yang disuplementasi dengan kedua tepung mikrofungi dapat
memberikan pengaruh positif terhadap kesintasan dan performa pertumbuhan
udang putih, serta jumlah bakteri probiotik dalam air kultur dan usus udang. Untuk
itu, kedua isolat mikrofungi, terutama M. circinelloides dapat dikembangkan lebih
lanjut sebagai pakan fungsional dalam budidaya udang putih. Namun demikian,
perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan rinci, terutama faktor
zat anti-nutrisi yang kemungkinan dapat mempengaruhi pertumbuhan udang.