Plastik menjadi material penting dalam kehidupan sehari-hari karena sifatnya yang
ringan, kuat, dan murah. Namun, penggunaan plastik berbasis minyak bumi
berisiko merusak lingkungan, terutama karena sulit terurai dan pencemaran
mikroplastik. Ketergantungan global terhadap plastik telah memicu krisis
lingkungan yang semakin mendesak, sehingga membutuhkan upaya pencarian
solusi yang lebih berkelanjutan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah
beralih menuju penggunaan material alternatif pengganti plastik, yaitu bioplastik,
yang memiliki keunggulan dapat terurai secara alami (biodegradable) dan berasal
dari sumber daya terbarukan. Polihidroksialkanoat (PHA) adalah bioplastik yang
diproduksi oleh bakteri dan memiliki berbagai aplikasi, mulai dari industri
kemasan, bidang medis, hingga pertanian. Bioplastik turunan PHA yang banyak
diteliti hingga saat ini adalah PHA homopolimer, Polihidroksibutirat (PHB) dan
PHA kopolimer, Polihdroksibutirat-ko-valerat (PHBV). Aplikasi PHA disesuaikan
dengan karakteristik masing-masing PHA, seperti PHA homopolimer dimanfaatkan
untuk material yang memerlukan sifat lebih rigid, sementara PHA kopolimer
dimanfaatkan untuk material yang memerlukan sifat lebih fleksibel atau elastis.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat bakteri halofilik galur lokal
yang dapat memproduksi PHB, yaitu Halomonas elongata BK-AG25 dengan
sumber karbon glukosa dan Salinivibrio sp. dengan sumber karbon berupa limbah
cair kelapa sawit (Palm oil mill effluent/POME). Penelitian menunjukkan bahwa
kombinasi beberapa bakteri penghasil PHA dan kombinasi sumber karbon dapat
menghasilkan PHA kopolimer yang dapat dijadikan sebagai ekplorasi potensi
aplikasi. Penggunaan limbah sebagai sumber karbon dapat mendukung solusi
berkelanjutan. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bioplastik
PHA kopolimer dari kultur campuran bakteri halofilik galur lokal Halomonas
elongata BK-AG25 dan Salinivibrio sp. dengan menggunakan POME sebagai
sumber karbon serta menentukan karakteristik bioplastiknya. Produk
dikarakterisasi menggunakan metode Fourier Transform Infra-Red (FT-IR),
Proton Nuclear Magnetic Resonance (1H-NMR), Gas Chromatography-Mass
Spectrometry
(GC-MS),
Thermogravimetric
Analysis/Differential
Thermogravimetric (TGA/DTG), dan Scanning Electron Microscope-Energy
Dispersive System (SEM-EDS), dengan hasil yang kemudian dibandingkan dengan
data dari literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PHBV berhasil diperoleh
sebanyak 56,3 ± 5,1 mg/L media. Spektrum FT-IR menunjukkan puncak serapan
pada bilangan gelombang 1234 cm?1 (C-O), 1380 cm?1 dan 1455 cm?1 (-CH3),
2928 cm?1 (-CH), 1730 cm?1 (C=O), dan 3420 cm?1 (-OH). Spektrum 1H-NMR
menunjukkan sinyal pada geseran kimia 0,87 ppm (H pada CH3 residu
hidroksivalerat), 1,26 ppm (H pada CH3 residu hidroksibutirat), 1,59 ppm (H pada
CH2 residu hidroksivalerat), 2,34 ppm dan 5,34 ppm (H pada CH2 dan CH residu
hidroksibutirat serta hidroksivalerat). Spektrum GC-MS juga menunjukkan
kesesuaian pola fragmentasi PHBV ditandai munculnya sinyal m/z 39, 41, 55, 69,
dan 83. Sementara hasil karakterisasi termal produk menggunakan TGA/DTG
menunjukkan pengurangan massa sebesar 33% dan temperatur dekomposisi 311?
dengan laju dekomposisi 3,25% per menit. Morfologi produk membentuk agregat
dengan komposisi atom C dan O berturut-turut 63,85% dan 26,25% ditunjukkan
oleh hasil analisis SEM-EDS. Penelitian ini membuka kesempatan untuk mengolah
limbah POME menjadi bioplastik bernilai ekonomi tinggi yang ditunjukkan oleh
potensi aplikasi PHBV di beberapa sektor industri.