Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit kronis yang menjadi penyebab kematian tertinggi
di Indonesia dan telah mengalami peningkatan prevalensi setiap tahunnya, terutama Diabetes
Mellitus tipe 2. Diabetes mellitus ini ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah akibat
gangguan pada sekresi insulin. Salah satu terapi yang digunakan untuk Diabetes Mellitus tipe 2,
yaitu dengan menggunakan akarbosa sebagai inhibitor alfa glukosidase. Penelitian terkait inhibitor
alfa glukosidase pada tanaman mulai banyak diminati karena memiliki efek samping dan toksisitas
yang rendah. Tanaman yang diduga memiliki aktivitas antidiabetes adalah biji pepaya (Carica
papaya L.). Penelitian ini dilakukan untuk melihat aktivitas antidiabetes ekstrak etanol biji pepaya
(Carica papaya L.) dari empat daerah di Jawa Barat. Penelitian diawali dengan karakterisasi serta
skrining fitokimia pada simplisia dan ekstrak. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 96% hingga diperoleh ekstrak kental yang dipantau menggunakan
kromatografi lapis tipis. Ekstrak yang memiliki aktivitas penghambatan tertinggi, yaitu ekstrak biji
pepaya (Carica papaya L.) dari Kota Tasikmalaya dengan nilai IC50 sebesar 324,37 µg/ml. Kemudian
ekstrak tersebut dilanjutkan ke tahapan skrining aktivitas secara in vivo menggunakan metode
toleransi glukosa oral. Uji dilakukan dengan mengukur kadar glukosa darah pada rentang 30-180
menit setelah induksi maltosa. Kadar glukosa darah pada kelompok uji ekstrak dosis 100, 300,
maupun 600 mg/kgbb tidak memiliki efek penurunan kadar glukosa darah yang signifikan (p>0,05).
Maka, secara umum ekstrak etanol biji pepaya tidak memiliki efek antidiabetes yang lebih baik
dibandingkan dengan akarbosa sebagai pembanding.