digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

DHITA SEPTIANI YSW.pdf?
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Pengelolaan optimal Waduk Kaskade Citarum masih belum tercapai meskipun telah ada pedoman rencana operasi pengelolaan. Hal tersebut ditandai dengan minimnya ketersediaan air untuk kebutuhan air baku dan operasional listrik. Pengelolaan optimal waduk kaskade secara terpadu sulit dilakukan dikarenakan prosedur operasinya yang kompleks dan memiliki ketidakpastian komponen hidrologi yang tinggi. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengelolaan optimal masing-masing waduk dengan mempertimbangkan model prakiraan debit sebagai debit input (Qin). Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengoptimalkan pengelolaan operasi Waduk Cirata, agar semua kebutuhan air baku terpenuhi tanpa ada air yang terbuang melalui spillway. Selain itu, dilihat bagaimana analisa curah hujan wilayah, serta perubahan tata guna lahan di DAS Citarum Tengah. Model prakiraan debit yang digunakan yaitu model kontinu, diskrit markov, serta ARIMA. Berdasarkan hasil penelitian, curah hujan wilayah tahunan DAS Citarum Tengah sebesar 2,194 mm/tahun, sementara hasil analisa tata guna lahan menyatakan bahwa terjadi penurunan koefisien limpasan pada DAS Citarum Tengah dari tahun 2011 ke 2020. Debit andalan alokasi air baku untuk downstream sebesar 114,45 m3/s, dengan 87,98 m3/s untuk kebutuhan DMI dan 26,47 m3/s untuk kebutuhan irigasi. Koefisien korelasi antara debit inflow Waduk Cirata dan debit model sebesar 0,55 (Diskrit Markov 3 Kelas); 0,74 (Diskrit Markov 5 Kelas); 0,90 (Kontinu QQPP); 0,87 (Kontinu QPPP); dan 0,68 (ARIMA (1,0,0)(1,0,1) dan ARIMA (0,0,2)(1,0,1)). Simulasi optimasi dilakukan untuk 24 skenario dengan kombinasi antara enam model debit dan empat lintasan pedoman, di mana skenario dengan menggunakan model debit kontinu QQPP dan lintasan pedoman kontinu R5 yang terbaik untuk pengelolaan optimal Waduk Cirata yang menghasilkan koefisien korelasi antara debit sebesar 0,90 serta 0,86 untuk lintasan aktual waduk dan lintasan pedoman.