digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Logistik farmasi telah mengalami pertumbuhan yang signifikan sehingga menjadi industri prioritas yang sedang dikembangkan. Namun, masih banyak isu terkait obat yang tidak berkualitas. Hal ini dapat terjadi karena adanya kegagalan proses dalam proses bisnisnya. Manajemen risiko dengan FMEA sebagai langkah dasar untuk membantu pembuatan produk yang berkualitas. Proses manajemen risiko di tempat penulis bekerja masih belum dilakukan secara menyeluruh sehingga kegagalan proses muncul sebelum penanganan disiapkan. Kondisi tersebut disebabkan belum adanya desain manajemen risiko yang lengkap dan alat ukur untuk menilai kondisi saat ini terhadap suatu risiko di logistik farmasi secara komprehensif. Pada penelitian dengan kajian risiko mutu ini, diharapkan memberikan gambaran tentang manajamen risiko inbound hingga outbound logistik secara menyeluruh hingga contingency terencana sehingga dihasilkan proses yang lebih tangguh. Selain itu adanya pengembangan Risk Management Index (RMI) untuk memberikan parameter yang dijadikan dasar menilai gambaran manajemen risiko secara komprehensif dan dilakukannya identifikasi risiko yang bersifat strategis yang berdampak besar terhadap kepentingan konsumen dan bisnis perusahaan. Penelitian diawali dengan membuat BPM pada tahapan proses yang dilanjutkan dengan pembuatan Quality Risk Management (QRM) beserta contingency terencana, memilih strategic risk yang align dengan Manajemen dan menghitung RMI. Hasil penelitian diperoleh BPM di setiap tahapan proses dan diperoleh suatu alat ukur yaitu RMI terhadap desain QRM sebesar 92%. Dari desain QRM tersebut teridentifikasi Strategic Risk sebanyak 12 buah risiko dari 7 kategori yaitu akurasi penerimaan, compliance, avaibility stock, On Time in Fullfilment (OTIF), kondisi delivery, kesesuaian barang dengan dokumen, dan kualitas produk dengan jumlah tipe risiko sebanyak 120 risiko dari total 262 risiko.