Logistik farmasi telah mengalami pertumbuhan yang signifikan sehingga menjadi
industri prioritas yang sedang dikembangkan. Namun, masih banyak isu terkait
obat yang tidak berkualitas. Hal ini dapat terjadi karena adanya kegagalan proses
dalam proses bisnisnya. Manajemen risiko dengan FMEA sebagai langkah dasar
untuk membantu pembuatan produk yang berkualitas. Proses manajemen risiko di
tempat penulis bekerja masih belum dilakukan secara menyeluruh sehingga
kegagalan proses muncul sebelum penanganan disiapkan. Kondisi tersebut
disebabkan belum adanya desain manajemen risiko yang lengkap dan alat ukur
untuk menilai kondisi saat ini terhadap suatu risiko di logistik farmasi secara
komprehensif. Pada penelitian dengan kajian risiko mutu ini, diharapkan
memberikan gambaran tentang manajamen risiko inbound hingga outbound
logistik secara menyeluruh hingga contingency terencana sehingga dihasilkan
proses yang lebih tangguh. Selain itu adanya pengembangan Risk Management
Index (RMI) untuk memberikan parameter yang dijadikan dasar menilai gambaran
manajemen risiko secara komprehensif dan dilakukannya identifikasi risiko yang
bersifat strategis yang berdampak besar terhadap kepentingan konsumen dan
bisnis perusahaan. Penelitian diawali dengan membuat BPM pada tahapan proses
yang dilanjutkan dengan pembuatan Quality Risk Management (QRM) beserta
contingency terencana, memilih strategic risk yang align dengan Manajemen dan
menghitung RMI. Hasil penelitian diperoleh BPM di setiap tahapan proses dan
diperoleh suatu alat ukur yaitu RMI terhadap desain QRM sebesar 92%. Dari
desain QRM tersebut teridentifikasi Strategic Risk sebanyak 12 buah risiko dari 7
kategori yaitu akurasi penerimaan, compliance, avaibility stock, On Time in
Fullfilment (OTIF), kondisi delivery, kesesuaian barang dengan dokumen, dan
kualitas produk dengan jumlah tipe risiko sebanyak 120 risiko dari total 262
risiko.