digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Konflik masalah kekuasaan di berbagai bangsa didunia merupakan hal yang menyebabkan terjadinya perang dan munculnya masalah sosial, dan dampak terburuk menimpa rakyat dan masyarakat setempat. Salah satu negara yang mengalami konflik berkepanjangan adalah Afghanistan, hal ini tercatat dalam rekam jejak sejarah negara tersebut. Dalam perjalanan perang yang berkepanjangan tersebut tersebut banyak penduduk yang harus mengungsi, tercatat dalam sejarahnya bahkan tokoh-tokoh penting di Afganistan mengungsi mencari suaka ke negara lain. Indonesia merupakan salah satu negara singgah/transit bagi pencari suaka, karena Indonesia tidak termasuk negara yang menandatangani konvensi 1951, sehingga bisa memberi perlindungan pengungsi temporer di Indonesia. Salah satu negara yang banyak mencari suaka karena perang yang berkepanjangan dinegaranya adalah Afganistan. Pengungsi biasanya membutuhkan waktu yang lama menunggu status permanen di Indonesia. Masa transit menimbulkan dampak besar bagi pencari suaka, baik yang berada di kamp penampungan maupun yang hidup di antara warga Indonesia. Proyek Akhir program studi magister penciptaan karya seni rupa dan penulisan Tesis ini berjudul Eternal Waiting penulis akan memaparkan teori-teori yang terkait dengan permasalahan pengungsi, juga memberi penjelasan mengenai pencari suaka dan faktor-faktor penyebab pencari suaka menunggu belasan tahun di negara transit. Penulis berasumsi bahwa konvensi 1951 dan Protokol 1967 belum dijalankan dengan benar oleh negara-negara yang telah menanda tangani konvensi tersebut. Hal tersebut kemungkinan besar yang menyebabkan pengungsi menunggu hingga bertahun-tahun. Penulis adalah seorang seniman dari Afghanistan yang telah mengalami penantian, kemudian mengangkat permasalahan tersebut sebagai subyek dan obyek dalam Proyek Akhir ini. Permasalahan pencari suaka yang mengalami ketidakadilan dalam situasi ini. Permasalahan ini menjadi inspirasi penulis sebagai seniman, kemudian divisualisasikan pada kanvas dengan teknik lukis, sedangkan Contemporary Miniatur Painting dan Bahasa Rupa menjadi rujukan konsep dan gaya estetik simbolik dengan mengambil unsur-unsur rupa yang berasal dari Afganistan dan Indonesia untuk menarasikannya dalam wujud visual. Proyek akhir penciptaan seni rupa ini merupakan salah satu upaya dan solusi penulis untuk mengingatkan masyarakat banyak dan diharapkan bisa membawa mereka berfikir mengenai perubahan. Karya ini juga diharapkan menjadi semacam catatan realitas sosial dan peringatan mengenai permasalahan Pencari Suaka dalam wujud lukisan.