Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan suatu kota berakibat pula pada pesatnya pembangunan, seperti pemukiman dan industri. Pembangunan area pemukiman yang cukup tinggi tentunya akan meningkatkan efek pembebanan infrastruktur di atas tanah dan juga potensi pengambilan air tanah. Begitu pula dengan pembangunan industri yang semakin berkembang akan meningkatkan potensi ekspansi besar-besaran seperti eksploitasi migas dan konversi lahan gambut menjadi lahan produksi. Hal tersebut akan menimbulkan efek negatif terhadap perkembangan aktivitas masyarakat setempat, salah satunya adalah fenomena penurunan muka tanah (land subsidence). Untuk meminimalisir hal tersebut, maka perlu dilakukan pemodelan potensi land subsidence. Pemodelan akan dilakukan dengan analisis spasial terhadap faktor penyebab terjadinya fenomena land subsidence. Selain melakukan pemodelan, pada penelitian ini juga dilakukan uji kualitas model potensi dengan cara membandingkan secara visual menggunakan data pemantauan land subsidence. Adapun data pemantauan land subsidence didapat dari teknologi InSAR dan diolah menggunakan teknik Two-Pass Differential Interferometric Synthetic Aperture Radar (DInSAR). Adapun data yang digunakan adalah data sekunder yaitu citra satelit radar Sentinel 1A SLC IW level 1, data daerah tanah lunak sedimen, data area konversi lahan gambut (menjadi HTI dan sawit), data area eksploitasi migas, serta data area pemukiman. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan software SNAP dan ArcGIS. Hasil pemodelan potensi land subsidence dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan nilai laju land subsidence yang dapat terjadi di daerah pesisir pulau Sulawesi yaitu dengan rentang penurunan sekitar 1-6 cm/tahun. Diharapkan pemodelan potensi land subsidence dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan oleh pemerintah maupun pemangku kekuasaan dalam melakukan pengembangan wilayah perkotaan dan mitigasi bencana alam.