digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pandemi COVID-19 yang telah berlangsung selama 2 tahun terakhir sangat mengganggu kehidupan di masyarakat. Pemangku kepentingan di setiap negara telah mengupayakan berbagai kebijakan untuk memastikan COVID-19 tidak menyebabkan gangguan yang besar di masyarakat. Tetapi, sulit untuk menentukan kebijakan yang baik bagi semua pihak dikarenakan masalah yang dihadapi bersifat baru sehingga tidak ada panduan untuk menanganinya. Salah satu cara untuk menghasilkan kebijakan yang baik adalah dengan pemodelan dan simulasi penyebaran COVID19 untuk memprediksi hasil dari kebijakan yang diambil sebelum pengambilan keputusan. Hal tersebut dapat dilakukan untuk memeriksa terlebih dahulu dampak dari kebijakan yang akan dikeluarkan. Pada tugas akhir ini, dilakukan pemodelan serta simulasi penyebaran COVID-19 dengan model kompartemen SEIR-FV. Pembuatan model dilakukan dengan estimasi parameter yang terdapat pada model SEIR-FV. Proses estimasi dilakukan per fase penyebaran COVID-19 dikarenakan terdapat perbedaan karakteristik pada setiap fase penyebaran COVID-19 selama 2 tahun ini. Terdapat 73 fase penyebaran COVID-19 di Indonesia. Hasilnya, didapat sebuah model dengan akurasi yang diukur dengan metrik mean-absolute percentage error (MAPE) sebesar 0.0119. Dengan model tersebut, dibuat simulasi dengan memodifikasi parameter yang dapat dikendalikan, yaitu laju infeksi dan laju vaksinasi. Hasilnya, ditemukan bahwa laju infeksi memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan laju vaksinasi. Kenaikan laju infeksi secara signifikan menyebabkan tingginya penyebaran COVID-19 di Indonesia dan begitu juga sebaliknya. Vaksinasi memberikan dampak yang serupa dengan hasil yang lebih lambat dan sedikit. Kedua kebijakan memiliki dampak masing-masing dalam proses penerapannya. Oleh karena itu, keduanya dapat dikombinasikan dengan tingkat yang tepat ketika disimulasikan untuk menghasilkan situasi pandemi COVID-19 yang sesuai dengan tujuan pembuatan kebijakan.