digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor listrik (KBL) di Indonesia mendesak adanya pengembangan infrastruktur pengisian kendaraan listrik. Pemanfaatan energi terbarukan seperti energi surya untuk menjadi sumber listrik pengisian ulang KBL dapat mewujudkan nilai KBL yang ramah lingkungan dari hulu ke hilir. Mengintegrasikan teknologi pengisian KBL dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) akan menimbulkan kompleksitas. Sebagai pusat riset, universitas dapat menjadi pionir dalam pengembangan sistem ini. Selain itu, riset ini dapat meningkatkan nilai keberlanjutan universitas terkait. Perancangan PLTS akan dilakukan dengan menggunakan perangkat simulasi PVSyst untuk mengetahui jumlah energi listrik yang dapat dibangkitkan dari tenaga surya yang kemudian digunakan untuk memodelkan skema pengisian kendaraan listrik di lingkungan kampus. Desain yang diusulkan memaksimalkan area potensial pada atap Gedung LPKEE ITB sehingga diperoleh PLTS dengan kapasitas 81 kWp. Energi surya yang mampu dikonversi oleh panel surya menghasilkan energi listrik sebesar 120 MWh pada tahun pertama. Dari profil produksi harian PLTS, sebuah skema pengisian KBL level dua dapat dimodelkan untuk waktu operasional selama 8 jam (pukul 08.00-16.00). Selama jam operasional dapat dilakukan pengisian satu unit KBL dalam satu waktu, kecuali pada pukul 10.00 - 13.00 produksi energi dapat mengakomodasi hingga dua unit KBL bersamaan. Jumlah KBL yang dapat diisi selama jam operasional berkisar antara 5 unit (Hyundai Kona) sampai 26 unit (Toyota Prius PHEV) tergantung dari kapasitas baterai kendaraan. Melalui analisis finansial, skenario investasi yang direkomendasikan melibatkan RESCO dalam skema bisnis PLTS-SPKL. Hal tersebut didasari parameter profitabilitas yang menguntungkan yakni NPV senilai 53 juta Rupiah, IRR sebesar 15,18%, dan PBP dalam 5,96 tahun.