digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Khusna Ainul Mardliyah
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB I.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB II.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB III.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB IV.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB V.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Khusna Ainul Mardliyah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Polusi udara merupakan salah satu permasalahan krusial di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Akibat permasalahan ini, terdapat 5,5 juta orang yang terpapar penyakit yang berkaitan dengan polusi udara disertai kerugian sebesar Rp. 21,5 triliun. Dalam penelitian sebelumnya telah dijelaskan bahwa ketika kasus kematian akibat polusi udara tinggi, maka konsentrasi PM2.5 juga tinggi. Maka dapat dikatakan konsentrasi PM2.5 sangat erat kaitannya dengan kesehatan manusia. Hal ini dapat terjadi karena PM2.5 merupakan partikel polutan yang dapat menembus bronkus. Salah satu fenomena meteorologi yang dapat mendistribusikan PM 2.5 adalah angin laut. Ketika angin laut terjadi maka akan terdapat penurunan maupun kenaikan konsentrasi di beberapa wilayah. DKI Jakarta adalah wilayah pesisir yang juga mengalami fenomena ini. Maka pada penelitian ini digunakan pendeteksian garis Sea-Breeze Front (SBF), yang ketika tumbuh akan memunculkan awan cumulus dengan nilai albedo sebesar 0,25 – 0,55, sebagai penanda angin laut. Selain itu, parameter meteorologi seperti kecepatan angin pada ketinggian 10 meter, nilai kelembapan dan temperatur pada ketinggian 1000 mb, serta nilai dan transport kelembapan digunakan untuk melihat kondisi meteorologi saat terjadi angin laut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada tanggal 12 Oktober 2021 terjadi angin yang mengarah dari pesisir ke daratan Jakarta pukul 14.00 WIB yang menyebabkan nilai konsentrasi PM 2.5 lebih tinggi di daratan daripada pesisir Jakarta. Angin ini diduga sebagai angin laut karena pada waktu tersebut terjadi kenaikan kelembapan, penurunan temperatur serta mengarahnya kecepatan angin dan transport kelembapan dari utara ke selatan Jakarta.