digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Luthfiyah Jannatunnisa
PUBLIC Irwan Sofiyan

Kejadian siklon tropis di Indonesia memberikan dampak secara tidak langsung karena wilayah Indonesia bukan merupakan daerah lintasan siklon tropis, sehingga dengan adanya keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh terhadap kondisi cuaca. Sebelum tumbuh menjadi siklon tropis, muncul vortex yang biasanya dapat menghasilkan berbagai gangguan cuaca seperti hujan, badai, bahkan siklon tropis itu sendiri. Terdapat enam wilayah yang memiliki frekuensi kejadian vortex yang cukup signifikan di Indonesia. Kajian mengenai vortex di wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI) bagian selatan sendiri masih belum banyak dikaji secara statistik dengan lebih rinci serta dampak yang ditimbulkan fenomena ini secara kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data angin dan vortisitas relatif dari reanalisis The European Centre for Medium-Range Weather Forecast (ECMWF) Reanalysis 5-th Generation (ERA5) selama tahun 2011 hingga 2021 untuk mengidentifikasi kejadian vortex di BMI bagian selatan yang selanjutnya dikelompokkan berdasarkan durasi kejadian vortex dan secara musiman. Selanjutnya, dilakukan peninjauan anomali curah hujan spasial menggunakan data satelit Global Satellite Mapping of Precipitation (GSMaP) pada saat fenomena vortex terjadi. Untuk mendukung hasil tersebut, dilihat pula intensitas curah hujan dari data observasi permukaan di 7 stasiun yang tersebar di wilayah Indonesia bagian selatan. Selain itu juga dilakukan identifikasi vortex dengan menggunakan software VortexFitting. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi kejadian vortex di BMI bagian selatan paling tinggi terjadi pada saat musim Maret-April-Mei (MAM) dan diikuti musim Desember-Januari-Februari (DJF) baik secara manual maupun dengan VortexFitting. Kemudian durasi kejadian vortex paling banyak terjadi pada rentang tiga sampai lima hari. Dampak curah hujan spasial dari kejadian vortex dengan kejadian berdurasi kurang dari tiga hari menunjukkan hasil yang kurang signifikan dibandingkan dengan kejadian durasi antara tiga sampai lima hari. Untuk kejadian lebih dari lima hari terlihat dampak yang lebih meluas dibandingkan durasi lainnya. Dampak secara kuantitatif ditunjukkan oleh nilai Alpha dan Beta yang cenderung positif, menunjukkan adanya peningkatan intensitas curah hujan dibandingkan sebelum terjadinya vortex dan penurunan intensitas curah hujan setelah kejadian vortex. Kemudian penggunaan software VortexFitting dapat dimanfaatkan dalam mengidentifikasi kejadian vortex secara spasial di BMI bagian Selatan.